[MASALAH KITA] BEKERJA DENGAN KEYAKINAN

Motivasi orang untuk bekerja tentu beragam. Ada yang bekerja untuk sesuap nasi, ada yang untuk segenggam berlian, ada yang untuk idealisme ('panggilan' entah kemanusiaan entah religius). Kita sendiri mungkin bekerja untuk dan dengan alasan yang merupakan kombinasi dari berbagai faktor. Semua sungguh sah-sah saja.

Siang tadi beberapa teman ngobrol-ngobrol tentang kerja, profesionalisme, idealisme dan realita. Perdebatannya, kalau kita bekerja profesional untuk tujuan sosial (baca: untuk NGO) apa oke saja kalau tidak dihargai dan tidak dibayar (diberi thank you pun tidak!)? atas nama sosial dan 'panggilan', apakah oke sebuah LSM besar tidak menggaji layak (jauh dibawah UMR) staf atau volunteernya? Apalagi banyak LSM yang berteriak-teriak soal HAM, hak buruh, hak sosial ekonomi di luar tapi terhadap staf atau orang-orang yang membantu mati-matian malah memberi janji bukan bukti. (Contoh nyata banyak! Ini sdh pendapat umum di publik non LSM).

Ada teman yang mencoba membela image LSM dengan menjatuhkan perusahaan (corporate). seraya mengkerutkan kening, ia mencela sebuah konsultan public relation yang, 'mau-maunya kerja membuat publikasi untuk konglomerat dan pejabat?!' ketika perdebatan memanas, saya hanya bisa jujur dengan apa yang saya pikir dan rasakan, 'Lu boleh makan itu idealisme, tapi kalo kepepet nggak bisa bayar uang sekolah anak, gue nggak akan malu jadi standguide lagi, pake rok mini senyum sana-sini dapat 200-300ribu rupiah satu shift! Masa bodo LSM, sama kaya VOC: kerja paksa tanpa bayar!'

Kami pulang dengan tertawa-tawa (maklum, baru kumpul-kumpul dengan teman lama). Tetapi ada penasaran tersisa buat saya. Tak adakah pekerjaan yang mendamaikan keduanya: idealisme dan kebutuhan kesejahteraan keluarga? Masa kita harus memaksakan aturan tidak boleh berkeluarga supaya bisa melayani sesama 24 jam tanpa bayaran?

Pikir punya pikir, apa pun pilihan kita, yang penting sesuai hati (atau sesuai tujuan kita diciptakan ha..ha..ha..). Yang juga penting, kita yakin akan apa yang kita kerjakan. Kalau gaji tinggi tapi kita gak yakin 'produk jualan' kita...? Atau sebaliknya kita percaya kecap kita nomor satu tapi disuruh kerja rodi, kerja seberat direktur tapi gaji dibawah office boy? Beratlah...

Tiba-tiba saya teringat Eddie Rickenbacker, mantan penerbang Perang Dunia I, pendiri dan CEO Eastern Airlines (Amerika). Selain karena 135 kali luput dari maut, ia terkenal karena prinsip-prinsip manajemen bisnis dan personal. Dalam paper berjudul "My constitution", Rickenbacker menulis,
"I will always keep in mind that I am in the greatest business in the world, as well as working for the greatest company in the world, and I can serve humanity more completely in my line of endeavor than in any other."

Nah.... apakah kita sudah seyakin itu dengan pekerjaan atau pilihan kita.....?

(Dikutip dari e-mail yang dikirimkan oleh Adeline MT, 15 Maret 2004)

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...