Sudahkah Anda pernah mendengar
tentang homeschooling? Homeschooling adalah bentuk kemandirian
dalam bidang pendidikan yang saya dan keluarga pilih. Homeschooling sendiri berarti pendidikan berbasis keluarga, di mana
keluarga tersebut, baik orangtua maupun anak belajar mengenal dirinya sendiri
sebagai individu dan sebagai sebuah keluarga. Perkenalan saya dengan homeschooling dimulai ketika anak saya
memasuki usia 3 tahun. Saat itu, seperti
pada umumnya anak mulai bersekolah sejak usia 3 tahun, maka kamipun bersiap-siap
mencari sekolah yang baik untuk anak kami.
Dorongan rasa ingin tahu saya untuk menemukan pola pendidikan yang baik justru membawa saya pada kesimpulan bahwa sekolah menjadi salah satu penyebab matinya semangat belajar anak, Di sekolah yang saya jumpai, anak belajar bukan berdasarkan rasa ingin tahunya, tapi berdasarkan motivasi untuk mendapatkan nilai tinggi dalam pelajaran di sekolah. Sementara itu, sekolah dengan pola pendidikan yang cukup ramah anak, biayanya cukup membebani kantong kami. Dalam pencarian, saya mulai mendengar istilah homeschooling dan berkenalan dengan komunitas homeschooling di Bandung. Melalui teman-teman, saya mendapat masukan dan mulai memahami apa itu homeschooling.
Alasan memilih homeschooling karena biaya dan efek negatif dari sekolah, perlahan - lahan berubah menjadi urusan pengembangan karakter anak. Visi dan misi pendidikan yang kami rumuskan di dalam keluarga kami adalah pengenalan anak akan dirinya sendiri dan latar belakang keluarga dengan baik, sehingga mereka memiliki akar yang kokoh dan tidak mudah terpengaruh dengan lingkungan sekitarnya. Kami menganggap sekolah bukan merupakan sarana yang tepat untuk mencapai visi dan misi tersebut. Kami berusaha merdeka dari standar sistem nilai dan kesuksesan yang digunakan di sekolah dan masyarakat umum. Kami tidak dinilai berdasarkan sistem nilai raport dan kesuksesan kami tidak diukur berdasarkan piala atau piagam atau bahkan sekedar masuk 10 besar di kelas. Kami berusaha mandiri dalam menentukan apa yang kami pelajari dan kapan kami akan mempelajarinya. Ruang dan waktu kami tidak terikat pada jadwal ulangan harian, ujian tengah semester dan sejenisnya.
Dorongan rasa ingin tahu saya untuk menemukan pola pendidikan yang baik justru membawa saya pada kesimpulan bahwa sekolah menjadi salah satu penyebab matinya semangat belajar anak, Di sekolah yang saya jumpai, anak belajar bukan berdasarkan rasa ingin tahunya, tapi berdasarkan motivasi untuk mendapatkan nilai tinggi dalam pelajaran di sekolah. Sementara itu, sekolah dengan pola pendidikan yang cukup ramah anak, biayanya cukup membebani kantong kami. Dalam pencarian, saya mulai mendengar istilah homeschooling dan berkenalan dengan komunitas homeschooling di Bandung. Melalui teman-teman, saya mendapat masukan dan mulai memahami apa itu homeschooling.
Alasan memilih homeschooling karena biaya dan efek negatif dari sekolah, perlahan - lahan berubah menjadi urusan pengembangan karakter anak. Visi dan misi pendidikan yang kami rumuskan di dalam keluarga kami adalah pengenalan anak akan dirinya sendiri dan latar belakang keluarga dengan baik, sehingga mereka memiliki akar yang kokoh dan tidak mudah terpengaruh dengan lingkungan sekitarnya. Kami menganggap sekolah bukan merupakan sarana yang tepat untuk mencapai visi dan misi tersebut. Kami berusaha merdeka dari standar sistem nilai dan kesuksesan yang digunakan di sekolah dan masyarakat umum. Kami tidak dinilai berdasarkan sistem nilai raport dan kesuksesan kami tidak diukur berdasarkan piala atau piagam atau bahkan sekedar masuk 10 besar di kelas. Kami berusaha mandiri dalam menentukan apa yang kami pelajari dan kapan kami akan mempelajarinya. Ruang dan waktu kami tidak terikat pada jadwal ulangan harian, ujian tengah semester dan sejenisnya.
Di Indonesia, nama homeschooling sering sekali rancu dengan
pendidikan yang dilakukan seorang anak di lembaga selain sekolah. Ada
lembaga-lembaga kursus yang menggunakan nama homeschooling dan dalam prakteknya anak mengikuti kegiatan
bimbingan belajar di mana orang tua sepenuhnya menyerahkan seluruh proses
pembelajaran dan standar nilai kepada guru bimbingan belajar. Namun, di sini saya
tegaskan kembali, homeschooling yang
keluarga saya lakukan murni kami kelola sendiri. Jika anak kami memiliki
keinginan mempelajari sesuatu dan saya atau suami tidak mampu membimbingnya
maka kami akan mencari bantuan dari luar, tetapi kami akan tetap memantau
perkembangan dari anak kami.
Kegiatan anak-anak homeschooling. Sumber foto: Koleksi pribadi. |
Ketika kami mengambil keputusan
untuk menyelenggarakan pendidikan mandiri, atau - istilah yang lebih umum - homeschooling,
maka hal yang paling utama adalah saya, sebagai orang tua harus belajar merubah
pola pikir terhadap pendidikan itu sendiri. Banyak hal yang sudah bertahun-tahun saya anggap
benar harus kami pertanyakan kembali. Beberapa yang kami pertanyakan kembali,
antara lain: Jika mau jadi pintar dan sukses, apakah jalannya harus dengan bersekolah?
Apakah guru adalah orang yang selalu tahu jawaban yang tepat? Bertanya itu, apakah
berarti tidak tahu, dan apakah tidak tahu berarti bodoh? Apakah semua orang
harus diukur berdasarkan standar nilai yang sama? Apakah semakin bagus
fasilitas sekolah semakin besar kemungkinan kita untuk sukses?
Pandangan yang sudah ditanamkan
kepada kita sejak dari taman kanak kanak sampai perguruan tinggi, kadang-kadang
sudah kita anggap sebagai satu-satunya kebenaran yang mutlak. Ini sudah menjadi
kebiasaan kita yang sangat sulit diubah. Ketika I + I = 2 adalah sesuatu yang
diajarkan sebagai kebenaran mutlak, maka jika ada yang menjawab I + I = IIII, reaksi yang umum ditemui di
lingkungan sekitar kita adalah menganggap jawaban tersebut salah, dan langsung
akan muncul stigma bahwa yang memberi jawaban tidak mengerti atau bahkan
dianggap bodoh. Pemikiran kita menjadi sempit dan tidak memberi ruang pada
perbedaan pola pandang terhadap suatu masalah. Padahal jika kita melihatnya
sebagai garis bukan sebagai angka maka jawaban kedua adalah benar. Memiliki
pandangan berbeda menjadi hal yang tabu dan kita menjadi takut untuk berbeda
dan ketakutan tersebut akan menjadi racun yang pelan-pelan membunuh
kreativitas.
Perubahan pola pikir tidak akan datang tiba-tiba
dan dapat dilakukan semudah membalikkan telapak tangan. Perubahan itu harus
muncul dari dalam diri kita sendiri, tidak bisa hanya karena ikut-ikutan
semata. Jika kita hanya ikut-ikutan maka kita akan mudah terombang-ambing akan
berbagai pilihan metode atau kurikulum homeschooling,
juga tergiur dengan berbagai penawaran
produk-produk pendidikan yang menjanjikan suatu hasil yang instan. Dan kita
akan kembali menjadi konsumen pendidikan. Tapi, teman-teman jangan berkecil
hati, pada saat saya memulai, saya juga banyak terombang-ambing antara berbagai
pilihan lembar kerja gratis yang banyak tersedia online dan juga berbagai e-book.
Jika saya menemukan laman internet yang memberikan lembar kerja yang terlihat menarik
dan gratis tentunya, saya langsung mengunduhnya, mencetaknya dan memberikannya
kepada anak saya untuk dikerjakan. Baru beberapa hari anak saya mengerjakan
lembar kerja dari laman tadi, saya sudah menemukan laman lain yang memberikan
lembar kerja gratis dan sepertinya lebih menarik dari yang sebelumnya. Lalu
saya mengulangI hal yang sama yaitu mengunduh, mencetak, dan memberikannya
kepada anak saya untuk dikerjakan. Begitu seterusnya. Akibatnya, anak saya
menjadi kebingungan karena terlalu bervariasinya lembar kerja. Namun, semuanya
akan perlahan-lahan berubah jika kita terus belajar.
Jadi kunci selanjutnya adalah terus
belajar. Belajar melalui membaca adalah salah satu cara. Cara lainnya adalah: mencari
buku-buku, artikel-artikel, laman internet, dan forum diskusi. Bukalah wawasan
seluas-luasnya karena dengan begitu perbendaharaan referensi kita akan semakin
banyak. Selain membaca kita juga sebaiknya bergabung dengan komunitas homeschooling karena di komunitaslah
kita mendapatkan info, mendengar pengalaman sesama homeschooler dan juga berbagi pengalaman. Mengikuti seminar, kulwap ( kuliah via Whatsapp) atau lokakarya
juga dapat memperkaya wawasan kita. Referensi yang banyak memungkinkan kita
untuk mengkombinasikan berbagai metode atau cara sehingga homeschooling yang kita jalankan adalah homeschooling ala keluarga kita. Jika kita sudah menemukan homeschooling ala keluarga kita,
kegiatan kita menjadi semakin spesifik dan semakin mandiri dalam menentukan
arah dan menyediakan sarana pendidikan yang dibutuhkan anak anak kita.
Proses belajar di rumah. Sumber foto: Koleksi pribadi. |
Kita juga harus selektif memilih.
Membeli berbagai buku tapi kita tidak menyempatkan diri atau kehabisan waktu
untuk membacanya, maka semua buku yang kita beli malah menjadi pemborosan.
Mengikuti berbagai forum, mengikuti terlalu banyak komunitas, seminar atau
kulwap juga malah membuat kita terlalu sibuk sehingga tidak punya waktu untuk
mengamati dan mengenali keluarga kita sendiri. Semua itu berproses dan perlu
ketekunan.
Saya juga berproses bersama seluruh
anggota keluarga untuk mencari solusi untuk berbagai permasalahan. Kita sebagai
orang tua harus mau diproses oleh anak kita sendiri. Pandangan bahwa orangtua
lebih tahu dari anak harus mulai kita singkirkan. Jika kita berbuat salah dan
anak kita menegur atau protes, kita belajar menahan diri untuk tidak marah,
belajar meminta maaf dan berterima kasih karena sudah diingatkan. Yang kita
harus ajarkan dan contohkan adalah cara menegur atau menyampaikan kritik dengan
baik. Jika anak bertanya dan kita tidak tahu jawabannya maka kita belajar
berkata jujur berkata “Maaf Nak , saya tidak tahu. Apakah kamu mau Mama bantu
cari tahu?”
Proses belajar bersama di rumah, bersama-sama mencari tahu. Sumber foto: Koleksi pribadi. |
Pada hakikatnya, manusia akan belajar karena dua
hal, yaitu karena kebutuhan dan ketertarikan. Saya mempelajari homeschooling karena kebutuhan informasi
tentang pendidikan anak dan kebutuhan itu menimbulkan ketertarikan untuk
mencari tahu lebih dalam tentang pendidikan yang merdeka. Semoga pengalaman
saya menjalani homeschooling bisa
menjadi sarana untuk lebih bijaksana
dalam menentukan pendidikan untuk keluarga kita. Tidak ada satupun metode
pendidikan yang cocok untuk semua keluarga di dunia ini. Maka tugas pribadi
kita masing-masing untuk menemukan metode pendidikan yang sesuai untuk keluarga
kita. Dengan demikian, kita berdaulat atas pemenuhan kebutuhan pendidikan kita.
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
ReplyDeleteDalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny