Judul : Petualangan Banyu & Elektra Menyalakan Kota
Tahun : 2012
Kategori film : Animasi
Konsep & Skenario : Kandi Sekarwulan, M. Bijaksana
Produksi : Greeneration Indonesia dan Sahabat Kota
Produser Eksekutif : WWF Indonesia
Produser : BNI, The Body Shop, Hilo
Durasi : 9 menit 58 detik
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Yuk, hemat penggunaan energi!
Film animasi berjudul “Petualangan Banyu dan Elektra Menyalakan Kota” merupakan seri ketiga dari rangkaian film petualangan Banyu tentang kepeduliannya terhadap kota di mana ia tinggal. Serial film animasi pertama diproduksi pada tahun 2009, dengan judul “Petualangan Banyu Bersama Titik Air”. Seri kedua berjudul “Petualangan Banyu di Negeri Sampah”, diproduksi pada tahun 2011.
Pembuatan film animasi “Petualangan Banyu & Elektra Menyalakan Kota” ini merupakan kolaborasi antara Greeneration Indonesia dan Sahabat Kota. Greeneration Indonesia adalah sebuah organisasi kewirausahaan yang bergerak di isu lingkungan, sedangkan Sahabat Kota adalah sebuah komunitas di Bandung yang memiliki kepedulian terhadap tumbuh kembang anak-anak perkotaan dalam mengenal, berinteraksi dan peduli lingkungan.
Film animasi ini diawali dari kebiasaan Banyu yang menghidupkan semua alat elektronik di rumah saat malam hari. Ibu Banyu sudah mengingatkan untuk tidur, tetapi Banyu masih saja menonton televisi. Sementara itu, lampu meja, kipas angin dan radio masih terus menyala. Meski kipas angin menyala, Banyu tetap merasa kepanasan. Ia pun memutuskan untuk menyalakan pendingin ruangan. Tepat saat Banyu menekan remotependingin ruangan, semua alat elektronik berhenti berfungsi. Seluruh ruangan menjadi gelap! Tak hanya di rumah, ternyata listrik di seluruh kota juga padam. Banyu semakin terkejut ketika sekonyong-konyong muncul seorang anak perempuan dengan kain berkibar di punggungnya, seperti super hero. Anak perempuan itu memperkenalkan dirinya sebagai Elektra. Elektra hadir bersama teman ciliknya, bernama Ion.
Dengan gelembung udara, mereka mengajak Banyu untuk berpetualang mengelilingi kota dan menyelidiki mengapa listrik di kota tersebut mati. Banyu melihat seluruh rumah dalam kondisi gelap. Kota kehabisan listrik. Bagaimana bisa, kota kehabisan listrik? Elektra pun menjelaskan, bahwa hampir semua masyarakat di kota tersebut sangat boros dalam menggunakan listrik. Itu sama artinya dengan menggunakan energi secara berlebihan. Padahal kebutuhan listrik untuk setiap alat elektronik cukup besar dan beragam.Misalnya, untukmenyalakan radio dan lampu belajarmembutuhkan listrik sebanyak 12 watt/jam. Kipas angin butuh 103 watt/jam, TV butuh 68 watt/jam dan AC butuh 430 watt/jam. Dapat dibayangkan, bila dalam waktu bersamaan masing-masing rumah menyalakan beberapa peralatan elektronik, berapa jumlah kebutuhan energi listrik dalam satu RT, RW, kelurahan bahkan satu kota?
Akhirnya Banyu dan Elektra memadamkan peralatan listrik yang tidak diperlukan, lalu menghitung kebutuhan energi listrik kota tersebut dengan ketersediaan energi yang ada. Hasilnya? Listrik di kota Banyu menyala!
Pagi harinya, Banyu terbangun dari tidur dan memulai hari dengan menyalakan listrik secukupnya. Saat ia berangkat ke sekolah, ternyata Banyu bertemu dengan Elektra yang sesungguhnya.
Inti dari film ini adalah mengenai ajakan untuk menghemat listrik. Oleh karena itu, WWF sebagai produser film ini sekaligus pencetus kampanye gerakan Earth Hour, memasukkan muatan kampanye gerakan Earth Hour ke dalam dialog antara Elektra dan Banyu sebagai berikut : "Kita juga bisa ikutan gerakan Earth Hour lho, semua orang diseluruh dunia mematikan lampu secara bersamaan untuk hemat energi."
Gerakan Earth Hour ini telah berlangsung dalam kehidupan yang sesungguhnya sejak tahun 2007, diawali di Kota Sydney, Australia. Ini merupakan ajakan bagi seluruh dunia, baik perumahan maupun perkantoran untuk memadamkan listrik selama satu jam, setiap hari Sabtu terakhir di bulan Maret.
Hal lain yang menarik di film ini, Banyu menganalogikan gerakan menghemat listrik dengan cara mengatur uang jajan. Kalau uang jajan dipakai berlebih, maka akan cepat habis. Bagi anak-anak, analogi yang sangat dekat dengan pengalaman sehari-hari tentu lebih mudah diingat. Film animasi ini sangat mengedukasi dan menarik, tidak hanya untuk anak-anak, tapi juga kita semua. Bisa jadi, setelah menonton film ini anak-anak akan mengingatkan orang tua atau orang-orang di rumahnya untuk menghemat penggunaan energi listrik.
Selain itu, Greeneration Indonesia dan Sahabat Kota juga membuat modul tentang isu hemat energi yang sudah diujicobakan di sekolah-sekolah sekitar Bandung. Akan digunakan secara subsidi silang agar banyak pihak yang bisa mendapatkan manfaat dari film dan modul ini.
Karena film ini ditujukan untuk anak-anak, ada baiknya dibuat ilustrasi proses tentang bagaimana sumber energi ini berasal, diambil dan dimanfaatkan oleh manusia. Anak-anak perlu diberi pemahaman bahwa energi listrik berasal dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, seperti batu bara, air dan gas. Artinya, jumlah sumber daya alam penghasil energi listrik ini terbatas dan bisa habis. Dari gambaran ini, anak-anak akan memahami pentingnya menghemat penggunaan listrik dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, diharapkan timbul kesadaran tinggi dari setiap orang untuk berhemat energi (apapun itu), agar tidak menghabiskan lebih cepat dari dihasilkannya sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui di bumi ini.
Hemat energi itu juga bisa dilakukan dengan menyalakan listrik secukupnya, dan mematikan selebihnya. Tidak cukup hanya satu jam, satu hari atau satu tahun. Tapi untuk seterusnya, selama bumi ini masih ada dan manusia tidak serakah.
Kami anjurkan pula untuk menonton petualangan Banyu episode sebelumnya, yang tidak kalah seru dan asyik. Semuanya ini untuk membangun kesadaran dan kepedulian anak-anak terhadap isu air, sampah dan energi.
Selamat menikmati.
(Melly Amalia)
No comments:
Post a Comment