Editorial April 2014

Salam inspiratif dan transformatif!

Proaktif Online hadir kembali di tengah-tengah Anda!
Bertepatan dengan Hari Kesehatan Sedunia yang jatuh pada tanggal 7 April, maka tema yang kami usung kali ini adalah “Kesehatan dan Gaya Hidup”.

Kami percaya, bahwa kesehatan tidak melulu yang terlihat secara lahiriah, tetapi juga meliputi kesehatan batin dan pikiran. Kesehatan seseorang juga perlu didukung oleh gaya hidup yang sehat serta lingkungan yang kondusif bagi terciptanya perilaku hidup sehat masyarakatnya.
Dalam edisi kali ini, pembaca akan melihat bagaimana trend gaya hidup masyarakat Indonesia jaman sekarang telah membawa masyarakat pada status kesehatan tertentu. hal ini juga tidak lepas dari posisi ekonomi, politik, sosial dan budaya bangsa Indonesia sekarang. Pembahasan mengenai keterkaitan antara aspek-aspek yang dimaksud di atas dengan gaya hidup dan kesehatan bangsa Indonesia dapat Anda temukan di rubrik Pikir, sebuah artikel yang ditulis berdasarkan wawancara dengan Yanuar Nugroho, Staff Ahli Kepala UKP4 di Jakarta.

Akses menuju pelayanan kesehatan yang memadai juga ada jaminannya. Di rubrik Opini, David Ardes Setiady akan mengajak pembaca untuk mengenal berbagai fasilitas jaminan kesehatan yang ditawarkan oleh perusahaan asuransi kesehatan.Pemaparan mengenai asuransi dilengkapi pula dengan kelemahan dan kelebihan dari sebuah asuransi kesehatan.

Bagaimana aktivis memandang masalah kesehatan serta bagaimana mereka memecahkan masalah kesehatan, dikupas di dalam rubrik Masalah Kita, oleh Any Sulistyowati.Artikel ini ditulis berdasar hasil penyebaran kuesioner ke beberapa jaringan yang dimiliki oleh Proaktif Online.

Teladan hidup sehat dapat kita baca pada Rubrik Profil, yang ditulis oleh Navita Astuti berdasarkan kajian media. Rubrik ini memunculkan sosok dengan visi besar yaitu mewujudkan Kota Bandung yang sehat, bersih dan berkelanjutan. Beliau adalah Walikota Bandung periode 2013-2018, Ridwan Kamil. Di rubrik ini, pembaca akan melihat betapa kuat kepedulian beliau pada pembangunan sebuah kota yang sehat dan berkelanjutan, dan bagaimana prinsip gaya hidup sehat menyatu dalam tindakan beliau sehari-hari sampai pada program kerja yang dicanangkannya untuk Kota Bandung.
Masih dengan liputan tentang Kota Bandung. Di Rubrik Jalan-Jalan, Selly Agustina mengajak pembaca berjalan-jalan ke taman-taman kota di Kota Bandung. Pembaca dapat melihat, keberadaan taman-taman kota di Bandung telah turut memberi kontribusi bagi perwujudan Kota Bandung yang sehat serta perilaku hidup sehat warga Bandung.

Berbicara tentang gaya hidup sehat, tak lepas dari apa yang dikonsumsi manusia dalam hidup sehari-hari. Rubrik Media mengajak pembaca untuk waspada terhadap zat-zat yang terkandung di dalam makanan yang Anda konsumsi. Rubrik ini berisi resensi Kamus Zat Aditif yang diterbitkan oleh Yayasan Pengembangan Bioteknologi dan Biosains (YPBB). Dalam ulasan ini, pembaca akan diajak untuk melihat aneka zat yang terdapat di dalam makanan maupun minuman di sekitar kita, yang dalam kadar tertentu sangat berbahaya bagi tubuh.

Nah, untuk memulai kebiasaan maupun perilaku sehat, tidak susah kok. Juga, tidak mahal! Bagaimana caranya? Rubrik Tips yang ditulis oleh Melly Amalia akan mengulas tentang tips-tips menjadi sehat tanpa harus mengeluarkan rupiah berlembar-lembar.

Semoga dengan edisi ini, para pembaca menjadi lebih paham betapa pentingnya menjalankan pola hidup sehat bagi hidup masing-masing dan korelasinya terhadap lingkungan, masyarakat dan generasi mendatang. Tidak ada kata terlambat untuk memulai kebiasaan hidup sehat. Mari kita mulai, dari sekarang!

Selamat menggali inspirasi!


[PROFIL] Ridwan Kamil dan Visi Sehat Untuk Kota Bandung

Setiap manusia ingin dikaruniai tubuh dan jiwa yang sehat. Karena dalam kondisi sehat, manusia mampu menghasilkan karya, menjadi produktif. Namun,manusia tidak tinggal sendiri. Kesehatan seseorang juga dipengaruhi oleh lingkungan maupun kota tempat tinggalnya.

Sebuah kota yang sehat perlu didukung oleh keseimbangan sosial, budaya, lingkungan hidup serta regulasi yang mendukung gaya hidup sehat warganya. Mewujudkan kota yang sehat, tak lepas dari partisipasi setiap warga kota, serta itikad baik dari pejabat pemerintah yang berwenang. Keduanya akan menjadi klop bila dijalankan dengan kepemimpinan yang memiliki visi kuat untuk sebuah kota yang bersih, sehat dan teratur.

Kita dapat ambil contoh kepemimpinan Perdana Menteri Singapura, Lee Kuan Yew dalam memberlakukan peraturan mengenai kebersihan dan ketertiban di Singapura. Berkat kepemimpinan beliau, Singapura dijuluki sebagai kota terbersih di dunia.
Bagaimana dengan kota kita sendiri, Kota Bandung?

Kota Bandung yang terkenal dengan hawa sejuknya, dan digemari oleh wisatawan lokal maupun internasional berkat daya tarik wisata budaya, sejarah maupun kulinernya, kini memasuki periode baru. Di penghujung 2013 yang lalu, seorang pemimpin Kota Bandung telah dilantik. Ia dipercaya oleh masyarakat Kota Bandung berkat visi dan misi menjadikanBandung Juara, yaitu kota Bandung sebagai kota yang baik, sehat dan berkelanjutan.

Sang Walikota itu adalah Ridwan Kamil. Seorang yang sederhana dan bersahaja, namun memiliki mimpi besar untuk menjadikan Bandung sebagai kota kelas dunia dan sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
Ridwan Kamil
Kang Emil, begitu beliau biasa dipanggil, merupakan seorang arsitek yang sangat peduli pada konsep pembangunan kota yang berkelanjutan. Sebelum terpilih menjadi  WalikotaBandung periode 2013-2018, ia telah memiliki prinsip-prinsip pembangunan kota yang memperhatikan aspek-aspek sosial, budaya dan lingkungan hidup.Menurutnya, sebuah kota yang sehat adalah kota yang merangsang warganya untuk keluar dari petak-petak rumah pribadi mereka dan menghabiskan waktu di ruang-ruang terbuka yang tersedia.
Sumber foto: www.bandung.bisnis.com

Berdasarkan keberpihakan itu, sepak terjang telah dilakukannya di beberapa titik di pelosok Indonesia. Salah satunya, Kang Emil pernah berperan sebagai konsultan dalam penataan Kota Surabaya, di masa kepemimpinan walikota Bambang Dwi Hartono (tahun 2002-2010).
Prinsip-prinsip yang dipegangnya dalam pembenahan kota Surabaya, pertama, proporsi ruang terbuka hijau (RTH) dan bangunan harus berbanding 30 : 70. Menurut Kang Emil, daya dukung sebuah kota terhadap kesehatan warganya akan menjadi maksimal pada perbandingan tersebut.
Skema Pembangunan Berkelanjutan. Sumber: www.beranda.miti.or.id

Kedua, sebuah kota dibangun seiring dengan membentuk gaya hidup. Regulasi yang lemah pada ketidaktertiban akan melahirkan gaya hidup masyarakat yang seenaknya pula. Oleh karena itu, bila ingin masyarakat sebuah kota menjalani perilaku hidup sehat, maka perlu diciptakan regulasi-regulasi yang memaksa warganya mengarah ke perilaku yang diinginkan. Misalnya dengan melakukan pemberlakuan tarif parkir maupun pajak kendaraan bermotor yang cukup tinggi. Karena dengan demikian, orang-orang akan lebih suka berjalan kaki maupun menggunakan angkutan umum.

Ketiga, sebuah kota hendaknya mampu menginformasikan visi yang jelas kepada warganya. Kelima, kota yang sehat adalah kota yang memiliki political willyang baik dari para pemimpinnya. Berdasarkan prinsip yang dipegangnya itu, Kang Emil sukses membantu pemerintah Kota Surabaya mengatasi keruwetan masalah di kota tersebut.

Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan tampaknya sudah menyatu sedemikian rupa dalam kehidupan Kang Emil, yang tercermin pada refleksi yang ia tuliskan di blog pribadinya, juga pada setiap kiprahnya di keluarga dan masyarakat.

Contoh kiprah Kang Emil dalam mewujudkan kota atau pemukiman yang sehat dapat kita lihat di wilayah Kelurahan Babakan Asih, Kecamatan Bojongloa Kaler. Orang-orang mengenal daerah itu, Blok Tempe. Di wilayah itu, ia bekerjasama dengan warga mengatasi masalah banjir, dengan bersama-sama membangun sumur resapan di beberapa titik. Ia juga menggalang dana untuk kemudian dibelikan tanah yang digunakan sebagai lahan bermain anak-anak. Anak-anak yang sehat adalah anak-anak yang memiliki ruang cukup untuk bermain di alam terbuka.

Sumber: www.ridwankamil.net

Kita juga dapat melihat contoh gaya hidup sehat yang berprinsip nol sampah, melalui desain rumah tinggal pribadinya di wilayah Cigadung, yang terbuat dari ribuan botol bekas.
Kini, setelah dilantik, Kang Emil pun menetapkan program-program harian, seperti menetapkan hari Selasa Tanpa Rokok dan hari Jumat Bersepeda. Dan ini bukan sekedar program di atas kertas. Dalam kesehariannya sebagai walikota Bandung, ia tidak berkendara dengan mobil dinas menuju tempat kerjanya, melainkan menggunakan sepeda. Ia sungguh-sungguh ingin meneladani gaya hidup sehat dengan bersepeda.
Sumber foto: www.republika.co.id
Sebagai warga Bandung, kita juga telah menyaksikan bagaimana taman-taman kota mulai di-revitalisasi. Hal ini merupakan gebrakan Kang Emil dalam mewujudkan kota yang sehat melalui perbanyakan ruang terbuka hijau di kota Bandung.

Sejumlah rencana pembangunan kota Bandung telah digeber oleh Sang Walikota Ridwan Kamil. Pembangunan Gedebage Teknopolis merupakan bagian dari rencananya untuk membagi beban derita Kota Bandung, karena selama ini baik pusat pemerintahan, wisata maupun perekonomian terletak di bagian tengah kota. Ia merencanakan untuk memindahkan pusat pemerintahan kota Bandung ke Gedebage. Dengan demikian, arah pembangunan kota menjadi lebih seimbang.

Bandung Skywalk juga merupakan rencana Kang Emil yang akan direalisasikan di tahun 2014 ini. Ia merupakan jembatan bagi para pejalan kaki, yang menghubungkan jalan Cihampelas dengan jalan Taman Sari. Dengan dibangunnya jembatan ini, orang yang hendak berjalan-jalan ke Cihampelas tak perlu mengendarai motor dan mobil, cukup memarkir kendaraan mereka di jalan Taman Sari, kemudian berjalan kaki melalui jembatan Bandung Skywalk ini.
Bila memang benar jembatan ini terealisasi, maka warga kota Bandung dapat menghemat bahan bakar, sehingga mengurangi polusi asap kendaraan bermotor. Selain itu, warga kota Bandung mendapatkan sarana hiburan dan olahraga yang gratis dan menyehatkan, yaitu berjalan kaki melalui jembatan Bandung Skywalk ini.

Jalan panjang pembangunan kota Bandung yang sehat dan berkelanjutan membentang di depan sana, bagi Sang Walikota Bandung, Ridwan Kamil. Akankah semua rencana beliau dapat terealisasi? Mari kita dukung sepak terjang beliau dalam mewujudkan kota Bandung yang bersih, sehat dan teratur! 

(Ditulis berdasar kajian media)

[PIKIR] Menilik Persoalan Kesehatan di Indonesia

(Berdasarkan hasil wawancara dengan Yanuar Nugroho, Asisten Ahli Kepala UKP4, Jakarta)

Gambar diambil dari http://www.epa.gov/ttn/atw/3_90_024.html
Di era globalisasi dunia saat ini persoalan kesehatan tidak bisa dipandang sebagai persoalan tunggal yang berdiri sendiri, melainkan persoalan multidimensi. Indonesia sebagai negara berkembang kini mengalami perubahan demografi, di mana kelas menengah tumbuh dan menempati jumlah terbanyak dalam statistik kependudukan. Hal ini sedikit banyak telah menyumbang pada persoalan kesehatan yang disebabkan oleh gaya hidup tertentu dengan implikasi-implikasi sosial,
budaya dan politik yang melingkupinya.

Masalah Kesehatan Terpenting di Indonesia Saat Ini
Sebagai negara berkembang, Indonesia masih banyak perlu berbenah. Beragam permasalahan muncul sebagai masalah khas negara berkembang, namun di artikel ini, kami akan menengok lebih jauh persoalan kesehatan dan mengapa persoalan tersebut mengemuka, dilihat dari aspek ekonomi, politik dan sosial budaya.

Hasil wawancara penulis dengan Yanuar Nugroho menyebutkan, ada dua masalah kesehatan yang paling penting dihadapi oleh negara Indonesia saat ini. Pertama, masalah kesehatan yang menimpa paling banyak orang miskin saat ini akibat kemiskinan, serta buruk atau rendahnya akses pada jasa dan prasarana kesehatan. Kedua, masalah kesehatan dengan tingkat prevalensi tinggi yang ternyata dipicu oleh gaya hidup masyarakat kelas menengah.

Kategori masalah kesehatan pertama, yang paling banyak diderita oleh golongan rakyat miskin adalah masalah-masalah kesehatan karena tiadanya atau buruknya sanitasi, kelaparan karena ketakmampuan akses pada sumber makanan yang layak, maupun ketidakmampuan dalam mengakses layanan kesehatan di negara ini. Penyakit seperti tuberkulosisi, malaria, demam berdarah, kurang gizi, dan banyak lainnya, adalah contoh jelas dari kategori ini.

Hal ini menjadi masalah karena kategori pertama ini seringkali luput dari perhatian dunia saat ini. Meskipun target pemberantasan penyakit akibat kemiskinan ini telah dimasukkan dalam agenda organisasi-organisasi kesehatan dunia seperti WHO, namun kenyataannya tidak menjadi prioritas. Hal ini terlihat misalnya di dunia medis dan farmasi. Industri medis dan farmasi dunia cenderung menyasar inovasi mereka justru pada kategori masalah kesehatan kedua, yaitu penyakit dengan tingkat prevalensi tinggi akibat gaya hidup, yakni antara lain diabetes dan penyakit terkait tekanan darah dan jantung.

Namun demikian, sesungguhnya kedua jenis masalahan kesehatan ini sama pentingnya untuk dibenahi. Mari kita tengok faktor-faktor yang menjadi akar masalah dari persoalan di atas dan mengapa penting untuk mencari jalan keluarnya.

Mengurai Latar Belakang Permasalahan Kesehatan di Indonesia dari Aspek Ekonomi, Politik, Sosial dan Budaya
Laju roda perekonomian di Indonesia telah mengangkat bangsa Indonesia keluar dari garis kemiskinan. Ia telah mengantar masyarakat Indonesia pada kemakmuran dan menciptakan populasi masyarakat kelas menengah yang umumnya terdiri dari kalangan pekerja di kota-kota besar. Mereka, secara statistik, menempati jumlah terbanyak masyarakat Indonesia saat ini.
Kelas menengah didefinisikan sebagai golongan masyarakat yang mampu mencukupi kebutuhan di atas kebutuhan dasar/primer (pangan, sandang dan papan). Jadi, mereka tak pusing lagi untuk sekedar memenuhi meja makan mereka dengan nasi dan lauk pauk, atau sekedar membeli pakaian seminggu sekali. Kelas menengah yang mempunyai daya beli untuk memenuhi kebutuhan sekunder (dan secara terbatas tersier) ini jelas tidak termasuk dalam kategori orang miskin, namun juga bukan termasuk dalam kategori kaya (kelas atas).


Persoalan yang dihadapi oleh kalangan kelas menengah yang terkait kesehatan terletak di gaya hidup yang mereka jalani. Kalangan kelas menengah yang umumnya hidup di kota-kota besar, sehari-harinya harus bertarung dengan padatnya lalu lintas untuk berangkat dan pulang dari kantor tempat bekerja. Mayoritas kelas menengah ini menggunakan sepeda motor atau kendaraan umum sebagai sarana transportasi menuju tempat bekerja sehari-hari. Hal ini membuat mereka terpapar (exposed) pada racun polusi udara yang disebabkan oleh padatnya kendaraan yang digunakan di kota besar.

Sempitnya waktu yang mereka miliki karena harus berangkat pagi hari menuju tempat kerja dan pulang larut malam karena mengalami kemacetan di perjalanan menjadikan waktu untuk berolahraga menjadi minim. Belum lagi sarana olahraga, seperti fitness center yang kian mahal di perkotaan, akhirnya hanya dapat digunakan oleh kalangan masyarakat kelas atas.
Kesibukan yang tinggi menjadikan kalangan kelas menengah lebih memilih untuk menyantap makanan siap saji –dan seringkali berkualitas rendah—karena mereka tak sempat memasak sendiri makanan mereka.  Padahal, makanan-makanan seperti seperti mie instan, fried chicken atau burger jelas-jelas mengandung bahan pengawet serta penyedap rasa yang tidak sehat bagi tubuh.

Gaya hidup di ataslah yang kemudian menyebabkan prevalensi penyakit seperti diabetes dan penyakit terkait jantung dan tekanan darah semakin meningkat. Ini bukan jenis penyakit yang bisa dianggap remeh. Pengobatan penyakit-penyakit tersebut sangat menguras kantong, dan tidak ada pengobatan murah untuk jenis penyakit akibat gaya hidup. Maka, jika gaya hidup kelas menengah seperti yang dipaparkan di atas tak segera diperbaiki, hal ini akan menciptakan ‘jebakan dan ancaman’ bagi kelas menengah itu sendiri, yaitu menurunnya tingkat kesejahteraan secara keseluruhan.

Dari segi politik, kebijakan pemerintah dalam hal kesehatan di Indonesia turut menyumbang pada masalah kesehatan yang telah disebut di atas. Contoh nyata yang terjadi adalah kebijakan seputar ibu hamil dan persalinan. Target pemerintah untuk mengurangi angka kematian ibu (AKI) melahirkan adalah dari 250 menjadi 185 per 100.000 kelahiran. Namun, kenyataan saat ini, AKI justru meningkat ke 359 per 100.000 kelahiran. Ini jelas merupakan masalah kebijakan, yang turut menyumbang pada masalah kesehatan di Indonesia.

Kedua, kebijakan pemerintah terkait pelayanan kesehatan dasar (primary healthcare) atau Puskesmas juga problematik. Aturan pemerintah menyatakan Puskesmas perlu ada untuk setiap lima ribu penduduk. Namun hal ini sulit direalisasikan di wilayah-wilayah terpencil di Indonesia, khususnya di pulau-pulau kecil. Karena total penduduk kurang dari lima ribu, seringkali tidak terbangun Puskesmas di sana. Hal ini menunjukkan, bahwa kebijakan pemerintah yang dijalankan belum berpihak kepada semua masyarakat khususnya mereka yang berada di wilayah yang terpencil.

Ketiga, kebijakan kesehatan pemerintah belum mencakup penanganan prevalensi penyakit akibat gaya hidup. Contoh yang dapat diambil adalah iklan rokok yang banyak tersebar di sekeliling kita saat ini. Padahal, rokok telah diketahui merupakan penyebab utama penyakit kanker paru-paru. Selain itu, kurang ketatnya peraturan dilarang merokok di tempat-tempat umum, seperti bandara maupun terminal angkutan umum, menunjukkan lemahnya kebijakan kesehatan yang dijalankan oleh pemerintah Indonesia.

Contoh lain adalah maraknya iklan susu formula ibu hamil dan bayi. Alih-alih menyebarkan pengetahuan pentingnya gizi yang bersumber dari bahan-bahan alami bagi ibu hamil dan bayi yang baru dilahirkan, pemerintah seolah-olah membiarkan propaganda susu formula merebak hingga ke klinik-klinik kesehatan ibu dan anak. Alhasil, pengetahuan yang tertanam di benak ibu-ibu Indonesia saat ini justru menganggap susu formula sebagai gizi utama bagi anak mereka. Hal ini menandakan lemahnya kebijakan pemerintah dalam menanamkan pengetahuan akan gizi yang penting bagi pertumbuhan anak.

Kesimpulannya, kebijakan pemerintah nampaknya belum menanamkan upaya gaya hidup sehat untuk memberantas permasalahan kesehatan yang dimaksud di atas.

Dari segi sosial budaya, persoalan kesehatan terkait dengan persoalan dan gagasan mengenai identitas masyarakat modern. Di kelas menengah, kini seseorang dilihat dan dinilai berdasarkan makanan yang dimakan, pakaian yang dikenakan, maupun kendaraan yang ditumpangi. Kita bisa mengambil contoh mall, sebagai sarana unjuk identitas masyarakat modern saat ini. Demi identitas, orang-orang menyerbu mall, menyantap makanan di gerai-gerai makanan bergengsi, yang mereka sendiri tidak tahu apakah makanan tersebut mengandung gizi yang baik atau tidak. Udara yang dihirup di mall juga bukanlah udara yang alami, melainkan berpendingin udara. Godaan diskon di toko-toko pun turut membahayakan isi kantong, karena alih-alih menabung, demi identitas, orang rela untuk menghamburkan uang begitu saja di mall.

Gaya hidup yang terbentuk semata-mata demi sebuah identitas, tentu bukanlah gaya hidup yang sehat. Oleh karena itu, faktor sosial budaya yang digambarkan di atas, turut berperan menyumbang kepada masalah kesehatan di Indonesia.

Pengaruh Persoalan Kesehatan Bagi Kualitas Hidup dan Kualitas Alam
Rangkaian faktor sebab-akibat masalah kesehatan di atas akan mengantar masyarakat Indonesia pada satu keadaan. Di tingkat individu, gaya hidup tidak sehat menghasilkan manusia yang sakit-sakitan. Dan ini mengakibatkan seseorang menjadi kurang produktif. Dalam jangka panjang, semakin banyak orang kurang produktif akan menjadikan masyarakat secara kolektif juga menjadi kurang produktif. Celakanya lagi, masyarakat yang tidak sehat dan tidak produktif ini akan menghasilkan generasi yang sama atau besar kemungkinan lebih buruk dibandingkan generasi sebelumnya. Ini menjadi ‘jebakan kelas menengah’ dalam perspektif yang lain.

Bagi alam, gaya hidup tidak sehat akan menurunkan kualitas alam. Lahan alami berubah fungsi demi memenuhi kebutuhan masyakarat dengan gaya hidup tidak sehat, seperti penanaman monokultur kelapa sawit, peternakan sapi untuk konsumsi daging yang kian meningkat serta pemukiman penduduk akibat pertambahan jumlah penduduk yang pesat. Ekosistem dihancurkan demi perkembangan ekonomi dan gaya hidup modern.

Bagaimana Upaya Untuk Kembali ke Gaya Hidup Sehat?
Demi mencegah penurunan produktivitas masyarakat, kualitas hidup dan kualitas alam, maka seyogianya manusia kembali ke gaya hidup sehat. Tentu hal ini tidaklah mudah, karena menyangkut gaya hidup yang telah mengakar di masyarakat. Namun, semuanya dapat dicoba dalam aktivitas maupun tindakan kecil dalam keseharian kita.

Gambar diambil dari http://www.health.gov/paguidelines/blog/post/A-Vision-for-a-Healthier-More-Prosperous-America.aspx

Lebih memilih repot sedikit memasak makanan yang dikonsumsi setiap hari, membawa bekal buah-buahan ke kantor atau sekolah, menolak junk food atau makanan cepat saji, dapat mulai dilakukan sedikit demi sedikit untuk mengubah gaya hidup kita. Jadikan cara mengonsumi makanan maupun minuman dalam diri kita lebih berkelanjutan.

Kita tidak sendiri. Kita hidup di dalam komunitas. Individu dapat mempengaruhi komunitas. Maka, gaya hidup sehat pun dapat ditularkan ke komunitas di sekitar diri kita masing-masing.
Mendukung upaya-upaya gaya hidup sehat, merupakan salah satu kontribusi pribadi untuk kembali ke gaya hidup sehat. Di Bandung misalnya, kita dapat mendukung gerakan bersepeda ke kantor (bike to work), gerakan car free day maupun gerakan menghidupkan ruang publik yang dicanangkan oleh walikota Bandung, Ridwan Kamil.

Dalam skala nasional, upaya yang dapat dilakukan adalah mendukung perubahan kebijakan yang mendorong ke arah gaya hidup sehat.

Dalam skala global, upaya yang dilakukan salah satunya adalah turut berperan merumuskan target pembangunan pasca millenium development goals (pasca MDGs) yang dicanangkan oleh Badan PBB.

Penutup
Kita semua dapat melihat, betapa jalinan sebab akibat dari berbagai aspek sosial, budaya dan politik berperan dalam menurunkan kualitas kesehatan seorang manusia. Apakah kita sebagai rakyat Indonesia ingin generasi mendatang, anak cucu kita, terjebak dalam pusaran gaya hidup tidak sehat? Apakah kita akan membiarkan kualitas kesehatan jiwa, raga dan lingkungan sekitar anak cucu kita menurun akibat gaya hidup yang tidak sehat? Jawaban terletak di tangan kita semua. Maka, bertindaklah sekarang, masa depan generasi mendatang, ada di tangan kita, saat ini!

[MASALAH KITA] Mengulas Berbagai Masalah Kesehatan Zaman Sekarang


Masalah Kesehatan Zaman Sekarang
Pelatihan Yoga. Foto: dokumentasi KAIL
Kompleksitas persoalan masa kini menyebabkan orang menghadapi banyak masalah kesehatan, baik jasmani dan rohani. Kelangkaan sumber daya, persaingan, obsesi terhadap kesuksesan menyebabkan tekanan hidup yang mendorong timbulnya stress. Stress  yang berkepanjangan akan menyebabkan beban pikiran yang berkepanjangan yang mempengaruhi tubuh kita.
Banyak penyakit masa kini yang muncul akibat beban pikiran. 

Kondisi saat ini juga mendorong munculnya gaya hidup yang tidak sehat, antara lain melalui pola makan yang kurang bergizi, dan kurang berolahraga. Pada masyarakat miskin, mereka mengonsumsi makanan yang kurang bergizi karena tidak mampu membeli bahan makanan yang lebih sehat dan seimbang. Pada golongan ini, menu harian mereka didominasi oleh karbohidrat dan sedikit sayur serta protein nabati, mungkin sedikit protein hewani dan sangat sedikit buah. Untuk mendapatkan rasa enak dan tampilan yang bagus, seringkali mereka mengonsumsi bahan perasa dan pewarna buatan murah meriah yang justru mengurangi kualitas makanan dibandingkan pada kondisi alaminya. Pada kalangan yang lebih kaya, meskipun secara finansial mereka lebih mampu untuk membeli makanan yang lebih bergizi, terkadang pilihan mereka pun tidak bisa dianggap lebih sehat. Secara umum, pada masyarakat masa kini, semakin kaya secara finansial maka semakin banyak dan beragam menu protein hewani yang dikonsumsi dalam diet harian mereka. Diet yang terlalu banyak protein hewani dalam jangka panjang akan menimbulkan berbagai penyakit degeneratif, seperti berbagai penyakit jantung dan pembuluh darah, yang biaya pengobatannya dapat menguras kantong.
Makanan Sehat. Foto: dokumentasi KAIL
Kondisi lain yang mendorong turunnya kualitas kesehatan kita adalah kurang olahraga. Bagi sebagian besar orang hambatannya adalah keterbatasan waktu dan ketersediaan fasilitas untuk olahraga. Bagaimana para aktivis menyikapi persoalan ini? Dalam Proaktif kali ini, KAIL melakukan survei pada beberapa aktivis untuk mendapatkan tanggapan mereka mengenai isu kesehatan dan gaya hidup. Berikut ini adalah liputannya.

Pentingnya Kesehatan dalam Hidup Kita
Semua aktivis yang mengembalikan survei menganggap kesehatan merupakan hal yang penting/sangat penting atau paling penting dalam hidup. Tubuh yang sehat memungkinkan kita untuk melakukan banyak hal yang penting dalam hidup kita. Tanpa kesehatan, banyak hambatan ataupun keterbatasan yang akan dialami dan bahkan, sampai tidak dapat kita lakukan sama sekali.  Pendapat senada diungkapkan oleh Asep Suhendar, seorang aktivis pendidikan anak dan remaja dari Rumah Pelangi dan Komunitas Sahabat Kota, yang menyatakan bahwa sehebat apapun kita, tanpa kesehatan, kita akan terhambat. Jika kesehatan kita menurun, produktivitas kita pun akan menurun. Meskipun bukan segala-galanya dalam hidup ini, kesehatan merupakan aset yang sangat berharga bagi kita untuk mewujudkan impian kita.

Melanie, salah satu responden menambahkan argumentasi sebagai berikut. Tingginya biaya kesehatan menambahkan daftar alasan mengapa sangat penting bagi kita untuk menjaga kesehatan. Begitu kita sakit, akan ada banyak biaya yang perlu dikeluarkan. Menurutnya, akan jauh lebih mudah dan murah untuk menjaga kesehatan, dibandingkan mengobati setelah jatuh sakit.

Masalah Kesehatan Yang Sering Dialami
Mia, salah seorang responden, menyatakan bahwa kita sering lalai dalam menjaga kesehatan kita dengan cara : melewati jam makan, jarang olah raga, begadang. Bila hal-hal tersebut dilakukan secara terus menerus dan menjadi kebiasaan, maka akan memberikan beban tersendiri bagi tubuh kita. Kita akan kurang istirahat, kekurangan asupan gizi yang berujung pada berkurangnya kemampuan tubuh kita untuk meregenerasi sel-sel tubuh yang menopang kehidupan kita.

Hal-hal lain yang banyak mempengaruhi kesehatan kita adalah stress. Seperti dituliskan oleh Selly Agustina, mahasiswa S2 Universitas Pajajaran dan relawan di beberapa organisasi sosial dan lingkungan di Bandung, keterbatasan waktu untuk mewujudkan semua yang diinginkan telah mendorong praktek lupa makan, lupa tidur yang menjadi beban bagi tubuh kita. Hal ini telah mendorong pula munculnya beban pikiran penyebab stress,yang secara tidak langsung juga ikut mempengaruhi kondisi tubuh kita.
Masalah-masalah kesehatan lain yang dihadapi adalah alergi. Alergi pada sesuatu membatasi kita untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang terkait dengan alergi tersebut. Misalnya alergi debu dan hawa dingin. Jika alergi sering kambuh, maka aktivitas kita akan terhambat. Perlu dilakukan upaya tambahan, baik untuk pencegahan maupun penanganan ketika alergi terjadi.

Masalah besar lainnya di zaman sekarang ini yang mungkin tidak terjadi di masa sebelumnya adalah beredarnya zat-zat kimia buatan di dalam bahan makanan, udara yang kita hirup dan air yang kita minum. Banyak dari zat-zat kimia tersebut menjadi racun dalam tubuh kita apabila kita konsumsi secara terus menerus. Penumpukan racun di dalam tubuh itulah yang akan memicu berbagai penyakit yang menggerogoti kesehatan kita.

Cara Mengatasi Masalah Kesehatan
Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan kita. Dhitta Puti Sarasvati, ibu dosen pegiatan pendidikan, memberikan salah satu tips menuju sehat dengan cara memperbanyak minum air putih dan jus buah. Sebagaimana didukung oleh Ibu Tini dan Melanie, Puti juga mengganggap mempraktekkan pola makan yang lebih sehat, di antaranya dengan memilih makanan-makanan yang kaya serat seperti sayur-sayuran dan buah-buahan, serta mengurangi konsumsi daging adalah salah satu kunci menuju sehat. Masak makanan sendiri juga dianggap penting untuk menjaga kesehatan karena dengan memasak makanan sendiri, kita dapat menjamin kualitas bahan makanan yang digunakan dan penyajiannya.

Konsumsi vitamin juga disarankan untuk menambah amunisi tubuh dalam mempertahankan kesehatan, seperti disampaikan oleh Mia. Tidur cukup dan olah raga secara teratur juga diyakini sebagai salah satu cara untuk mempertahankan kesehatan kita. Meskipun, sebagaimana diakui oleh Selly, kosistensi pelaksanaannya seringkali tidak mudah karena keterbatasan waktu. 

Pengalaman lain diungkapkan oleh Jessis yang menggunakan obat untuk mengurangi rasa sakit kepala yang secara rutin menyerang. Upaya ini dilakukan ketika upaya lainnya, seperti mencoba tidur dan upaya lainnya tidak berhasil. Upaya-upaya terakhir seperti operasi juga akhirnya dijalani oleh Tini dan Melanie ketika upaya-upaya untuk penyembuhan lainnya sudah tidak ada lagi.

Tumbuhan Sumber Obat-obatan. Foto: dokumentasi KAIL
Untuk penyakit akibat alergi, hal yang perlu dilakukan adalah mencegah situasi yang menyebabkan alergi tersebut. Jika kondisi tersebut terpaksa tidak dapat dihindari maka penanganan situasi alergipun harus dilakukan.  Seperti yang diungkapkan oleh Dyana dan Iwut, pemberian obat oleh dokter (baik diminum, dioles maupun disuntikkan) kerap perlu diambil untuk mengatasi kondisi alergi. Jika ditangani dengan baik, penanganan alergi cukup banyak membantu hidup mereka yang terpaksa hidup dengan alergi.

Cara lain untuk menjaga kesehatan adalah dengan menjaga pikiran agar tetap positif dan sehat. Mia mengungkapkan pengalamannya bahwa ketika ia mengijinkan dirinya untuk menjadi sakit, maka ia akan menjadi sakit beneran. Puti menyatakan bahwa penyakit pikiran ini dapat diatasi dengan mendekatkan diri pada Tuhan. Senada dengan Puti, Iwut menyatakan banyak berdoa akan membantu kita untuk tetap sehat. Berbeda dengan Puti dan Iwut, Jessis, aktivis lingkungan dari YPBB, memiliki tips yang lain untuk menjaga kesehatan pikiran. Ia menyatakan bahwa menyibukkan diri dengan berbagai hal positif yang akan membantu otak kita agar memikirkan hal-hal yang positif. Jessis juga menuliskan bahwa menghabiskan waktu dengan orang-orang terdekat dapat membantu kita untuk berpikir positif dan tetap sehat.

Chakra. 
Kebahagiaan dalam hidup akan mempengaruhi kondisi kesehatan kita. Kesedihan yang berkepanjangan dapat menyebabkan beban pikiran bagi kita, yang pada akhirnya, turut mempengaruhi kesehatan kita. Jika kita berbahagia, lebih besar kemungkinan bagi kita untuk tetap sehat. Sebagaimana diungkapkan oleh Asep dan Bu Tini, menjalani kehidupan dengan penuh kebahagiaan akan membantu kita untuk tetap sehat.

Penutup
Demikianlah ulasan tentang masalah kesehatan dan penyelesaiannya, menurut para responden Proaktif Online. Mudah-mudahan pendapat mereka dapat membantu Anda untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup Anda.
***



[OPINI] Plus Minus Asuransi Kesehatan

Gambar diambil dari http://www.kesehatanmasyarakat.info/?p=338

Sekarang ini tentu kita sudah tidak asing lagi dengan produk asuransi kesehatan. Berbagai perusahaan asuransi menawarkan produk asuransi kesehatan dengan macam-macam fitur yang pada intinya menawarkan kemudahan dan jaminan saat mengakses layanan kesehatan. Mengapa asuransi kesehatan beredar? Dan apa itu asuransi kesehatan?
Asuransi kesehatan muncul ketika biaya kesehatan menjadi mahal. Membengkaknya biaya kesehatan menjadi momok yang mengerikan bagi siapapun. Maksud hati berobat untuk sembuh, namun ketika mendapati biaya berobat melebihi kemampuan untuk membayar, maka penyakit lain malah bertambah. Dunia kesehatan Indonesia, beberapa waktu terakhir ini, menampilkan kasus-kasus yang menyedihkan. Salah satunya adalah peristiwa dibuangnya pasien miskin di RSUD Lampung, alasan yang diketahui adalah pasien tersebut tidak mampu membayar biaya pengobatan yang diterimanya. Mundur ke tahun 2012, seorang pemulung harus merelakan putrinya terkena muntaber hingga menghembuskan nafas terakhirnya, alasannya tidak mampu membayar biaya pengobatan ke puskesmas. Kedua cerita itu hanya sepotong kecil dari situasi dunia kesehatan yang kadang begitu kejam membiarkan nyawa manusia melayang karena tidak mampu membayar. Atas dasar hal itulah, asuransi kesehatan makin menancapkan kehadirannya di tengah masyarakat.

Asuransi kesehatan pada dasarnya seperti produk asuransi lainnya, yakni memberikan jaminan perlindungan dalam dunia kesehatan. Artinya bilamana terjadi sesuatu  secara tidak terduga pada kesehatan kita, asuransi akan menggantikan biaya kesehatan yang dikeluarkan akibat penyakit yang diderita. Biaya yang digantikan ini tidak berlaku sama untuk semua produk asuransi kesehatan, melainkan tergantung jenis dan kebijakan dari perusahaan penyedianya. Ada yang menawarkan penggantian secara penuh, ada yang  memasang batas maksimal penggantian sehingga apabila biaya yang dikeluarkan melebihi batas, pasien pengguna asuransi kesehatan harus mengeluarkan biaya sisanya.

Umumnya, untuk asuransi kesehatan,  perusahaan-perusahaan penyedia asuransi kesehatan bekerja sama dengan pihak rumah sakit. Hal ini berhubungan dengan pengaturan pembiayaan bagi pemegang polis asuransi kesehatan, karena bila tidak ada kerjasama, beberapa rumah sakit akan mengharuskan pasien untuk membayar biaya pengobatan atau bahkan menolak pasien tersebut. Sementara dari pihak perusahaan asuransi, cenderung  mengarahkan pemegang polis untuk berobat ke rumah sakit yang sudah memiliki jaringan dengan mereka. Hal ini kadang menyulitkan pemegang polis terutama terkait dengan lokasi rumah sakit yang dimaksud.

Penulis pernah melihat pengalaman seorang teman dari Swedia yang kebetulan mampir ke Indonesia. Teman tersebut mengalami semacam masuk angin, namun karena tidak biasa mengalaminya, dia masuk rumah sakit untuk mencari tahu apa yang terjadi padanya. Sebelum masuk ke rumah sakit, dia harus memastikan bahwa rumah sakit yang akan dikunjungi masuk dalam kategori rumah sakit yang akan ditanggung oleh asuransi yang diikutinya. Setelah mendapatkan kepastian, barulah dia berobat di rumah sakit itu.

Gambar diambil dari http://www.asuransi-kesehatan.org/wp-content/uploads/2010/12/asuransi-kesehatan-terbaik.jpg
Bayangkan, bila kita membeli asuransi, lalu dalam suatu keadaan yang mendesak kita harus pergi ke sebuah kota yang rumah sakitnya tidak memiliki jaringan dengan perusahaan penyedia asuransi tersebut. Apakah kita harus terbang ke kota lain yang memiliki rumah sakit yang berjaringan dengan perusahaan asuransi tersebut? Kalau penyakitnya ringan, mungkin masih sempat. Tapi bagaimana kalau penyakit berat atau bahkan penyakit yang bisa mencabut nyawa kita? Tentu sangat merepotkan.

Asuransi kesehatan, dalam sistem yang berlaku sekarang ini, memberikan keringanan dalam biaya pengobatan, terlebih bila kita diharuskan untuk melakukan operasi. Namun dalam prakteknya, perusahaan asuransi selalu mensyaratkan hal berikut ini untuk menjadi pemegang polis :
  1. Riwayat penyakit yang diderita; semakin panjang daftar penyakit yang pernah kita derita, semakin kecil kemungkinan kita dapat menjadi pemegang polis asuransi. 
  2.  Penghasilan; ini bukan syarat yang diajukan oleh asuransi secara tertulis, namun dari kewajiban menyetor sejumlah uang untuk membeli polis asuransi, maka penghasilan adalah syarat yang penting.
    Jadi katakanlah, bila kita cukup sehat untuk menjadi pemegang polis asuransi, namun jika tidak memiliki penghasilan yang mencukupi, maka kita tidak bisa memiliki asuransi kesehatan. Sementara kalau kita memiliki penghasilan yang lebih dari cukup, tapi jika sejarah penyakit yang pernah kita derita atau berada dalam kondisi fisik yang tidak baik, maka kita pun tidak mendapat persetujuan dari perusahaan asuransi untuk memiliki polis. Untuk itu, agar dapat memiliki sebuah polis asuransi, kedua syarat tersebut harus dipenuhi.

    Selain kondisi yang telah disebutkan di atas, perusahaan asuransi juga melihat faktor usia yang akan mempengaruhi besarnya polis yang harus dibayarkan. Logika yang mendasari adalah semakin tua usia seseorang, mereka dipandang memiliki kerentanan terhadap penyakit sehingga kemungkinan besar akan tertimpa resiko terhadap penyakit. Dengan kondisi demikian, perusahaan asuransi akan mengeluarkan uang cukup banyak untuk menjamin resiko yang ditanggung oleh pemegang polis. Maka kompromi yang dilakukan adalah dengan menaikkan harga polis.

    Kecenderungan umum yang terjadi adalah perusahaan asuransi selalu menawarkan produk asuransi kesehatan pada orang-orang yang sehat. Hal ini dikarenakan perusahaan asuransi ingin orang menyimpan uang dalam bentuk polis dan dalam jangka waktu yang cukup panjang tidak menggunakannya. Semakin jarang seorang pemegang polis sakit dalam rentang pelunasan polisnya, maka uang yang ditanamkan akan cukup besar untuk diputar ke dalam bisnis yang lain. Sementara sebaliknya, bila seorang pemegang polis beberapa kali sakit atau mengalami sakit yang parah, maka perusahaan asuransi harus mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk menanggung pengobatannya. Tentu, sebagai sebuah perusahaan dalam paradigma bisnis, maka yang diupayakan adalah mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya.

    Sementara pengelolaan dana asuransi kesehatan pada dasarnya menggunakan prinsip subsidi silang. Penjelasannya berikut ini, asuransi kesehatan memiliki rentang waktu pembayaran polis, rata-rata 10 tahun lamanya. Pemegang polis diwajibkan untuk membayar polis asuransi dalam kurun waktu tersebut setiap bulan. Di sini, tergantung kebijakan perusahaan asuransi dalam mengaktifkan perlindungannya. Ada yang langsung mengaktifkan perlindungan terhadap pemegang polis, yang artinya setelah pemegang polis melakukan pembayaran pada bulan pertama lalu tertimpa penyakit, maka perusahaan asuransi akan menanggung biaya pengobatan sesuai dengan kesepakatan. Ada juga yang mensyaratkan bahwa perlindungan hanya terbatas pada penyakit tertentu, misalnya operasi tidak ditanggung. Hal demikian tergantung pada kebijakan asuransi dan hal itu juga bergantung pada model bisnis yang dibangun oleh perusahaan bersangkutan.

    Bagaimanapun modelnya, secara prinsip, mereka yang tidak pernah sakit akan digunakan dananya untuk menanggung yang sakit. Apabila dananya tidak dipergunakan dalam rentang waktu tertentu, maka dananya akan diputar dalam instrumen keuangan yang lain agar menghasilkan profit bagi perusahaan tersebut. Profit tersebut yang kemudian digunakan untuk membayar ongkos operasional dan menggaji para staf. Dulu, pernah ada kasus yang membuat trauma masyarakat Indonesia di tahun 1990-an, di mana asuransi kesehatan akan hangus bila tidak digunakan. Kebijakan ini dibuat oleh Perusahaan Asuransi Bumiputera. Dampak yang dihasilkan cukup membekas di hati para korban sehingga mereka alergi untuk mendengar kata ‘asuransi’. Persoalannya adalah polis yang dibayarkan tidak dapat dicairkan kembali setelah masa  pertanggungan berlalu. Polis yang hangus kemudian menjadi hak perusahaan asuransi.Kondisi ini yang menyebabkan para pemegang polis merasa dirugikan.

    Dalam kondisi sekarang, hal tersebut tidak  berlaku lagi, yakni ketika polis telah jatuh tempo, dana yang telah dikumpulkan dapat dicairkan kembali. Bahkan beberapa perusahaan memberikan bonus kepada pemegang polis, bila selama masa pertanggungan tidak pernah terjadi kerugian. Kondisi ini mungkin bisa dikatakan sebagai hasil pembelajaran para perusahaan asuransi, atau strategi pemasaran yang dilakukan untuk menarik para nasabah. Jadi, bila kita membeli polis asuransi, maka kita tidak perlu kuatir bahwa polis akan hangus.

    Sebagai penutup, asuransi kesehatan bagi beberapa orang adalah pilihan yang paling masuk akal dalam mengamankan hidup, mempertimbangkan biaya kesehatan yang mahal. Di sisi lain, dalam sistem keuangan yang berlaku saat ini di mana segalanya bertumpu pada uang, maka menekan pengeluaran keuangan dalam jangka panjang melalui pembelian polis menjadi sangat masuk akal pula. Namun, yang perlu disadari dalam membeli asuransi kesehatan adalah pola hidup kita sendiri. Selama pola hidup yang kita miliki seimbang, antara apa yang kita makan dan keluarkan, maka kita tidak perlu kuatir akan menderita sakit parah sehingga nantinya biaya pengobatan menjadi mahal. Maka kiranya tidak arif bila kita mengambil keputusan membeli asuransi kesehatan karena kekuatiran belaka. Kita harus memikirkan dengan akal sehat dan sadar bahwa asuransi kesehatan adalah instrumen pendukung dalam kehidupan masa kini untuk memudahkan kehidupan keuangan masa kini.


    [MEDIA] Dikepung oleh Zat Aditif yang Berbahaya pada Makanan!

    Oleh: Tim YPBB

    Pelatihan Zat Aditif Pada Makanan. Foto: dokumentasi YPBB
    Pendidikan dan pelatihan adalah salah satu pilar Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi (YPBB) dalam menjalankan kampanye gaya hidup organis bagi kalangan menengah ke atas perkotaan di kota Bandung. Salah satu materi pelatihan yang pernah dibawakan adalah tentang Bahaya Zat Aditif pada Makanan.

    Bila diamati dengan seksama, makanan yang kita makan sehari-hari mengandung bahan makanan yang sehat dan juga yang tidak sehat. Pemahaman tentang baik atau tidaknya makanan tersebut kemudian diperkuat dengan pembahasan tentang zat aditif. Zat aditif adalah bahan-bahan yang ditambahkan pada makanan di luar tujuan memberikan gizi utama (karbohidrat, protein, dan lemak).

    Indonesia memiliki banyak zat aditif tradisional. Namun, sekarang banyak sekali zat aditif buatan dengan nama kimia yang asing dan tidak kita kenal. Banyaknya zat aditif buatan ini, ternyata salah satunya,disebabkan oleh adanya kebutuhan dari industri untuk memproduksi makanan dalam jumlah besar yang akhirnya perlu disebarkan secara luas ke seluruh Indonesia. Industri tersebut saling bersaing menarik perhatian konsumen dan juga menghasilkan banyak kemasan yang sulit didaur ulang.

    Bagaimana cara kita membedakan zat aditif yang aman dan yang berbahaya? Padahal nama zat aditif itu banyak yang asing dan tidak dikenal. Tim YPBB memberikan solusinya yaitu Kamus Zat Aditif.
    Bila kita kesulitan dalam memahami sebuah kata dalam bahasa Inggris, maka yang kita lakukan biasanya adalah mencari artinya di dalam kamus bahasa Inggris. Nah, kamus zat aditif ini pun sama fungsinya. Cara menggunakan kamus cukup sederhana. Simulasi penggunaan kamus dilakukan dalam pelatihan-pelatihan untuk mengenali bahwa kebanyakan produk yang dianalisis tidak sehat karena paling tidak,mengandung satu atau dua zat aditif yang berbahaya dan mengakibatkan macam-macam penyakit.


    Peserta pelatihan juga diperkenalkan dengan berbagai jenis zat aditif. Seperti misalnya terkait zat aditif yang jelas dilarang oleh pemerintah tapi masih tersebar cukup luas,contohnya  boraks dan formalin; zat aditif yang diijinkan tapi beresiko, seperti MSG dan siklamat,dan zat aditif yg berbahaya jika berlebihan dikonsumsi seperti gula dan garam.
    Menemukan Zat Aditif Pada Makanan
    Foto: dokumentasi YPBB

    Jadi, ternyata kita “dikepung” oleh zat aditif berbahaya pada makanan! Untunglah, dengan menggunakan Kamus Zat Aditif,kita bisa mengetahui makna di balik nama asing tersebut, otomatis memiliki informasi kesehatan dan juga kita jadi bisa memutuskan: apakah kita akan mengonsumsi sebuah makanan atau tidak.
    Selain itu, apalagi yang bisa kita lakukan?

    Yuk, mari mulai mengubah pola hidup kita untuk mengurangi kebutuhan bahan aditif yang berbahaya dengan membeli makanan segar dan lokal, beralih ke pewarna alami, membiasakan diri dengan beragam rasa pada pemanis dan juga memasak makanan sendiri untuk meyakinkan bahwa sebanyak mungkin zat aditif yang digunakan adalah yang aman.

    Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...