Perubahan dan Tantangan Jaman
Dunia yang kita hidupi ini senantiasa berubah dari masa ke masa. Beragam inovasi ilmu pengetahuan telah menciptakan kemajuan teknologi yang memudahkan manusia dalam melakukan berbagai hal, mulai dari alat transportasi hingga sumber informasi maupun perangkat komunikasi.Misalnya, jika dahulu manusia mengandalkan surat menyurat melalui pos untuk berkomunikasi jarak jauh dengan seseorang, sekarang mereka dapat melakukannya dengan berkomunikasi langsung melalui telepon atau menuliskannya di surat elektronik atau e-mail. Jika dahulu manusia menggunakan hewan-hewan sebagai alat bantu untuk mempermudah transportasi, kini, setelah penemuan mesin dan bahan bakar, manusia dapat menempuh perjalanan dengan mobil, motor bahkan pesawat terbang.
Dunia semakin canggih. Segalanya serba mudah dan cepat. Tak perlu berlama-lama menunggu pak pos datang mengantarkan surat yang telah satu minggu sebelumnya ditulis oleh kerabat kita. Dengan teknologi internet, mengirim surat dapat dilakukan dengan hanya beberapa detik saja. Untuk menyegarkan diri dengan menonton sebuah pertunjukan, tak perlu pula kita bersusah payah pergi ke gedung teater. Di rumah, kita bisa duduk enak menonton tayangan televisi. Bahkan, dengan perkembangan gadget seperti saat ini, anak-anak hanya cukup duduk dan memainkan permainan kesukaan mereka pada sebuah kotak kecil bernama ‘tablet’ atau smartphone. Perubahan pada teknologi dan peradaban manusia tentunya menyebabkan perubahan pola pikir pada manusia secara individu maupun di dalam keluarga. Jika dahulu para orang tua dianggap sebagai yang paling mengetahui dan anak sebagai pihak yang wajib mendengarkan dan melaksanakan apapun yang dikatakan orang tua, maka di masa kini, keadaannya sudah berbeda. Informasi bisa didapatkan di mana saja, dalam berbagai media seperti majalah, koran, televisi, radio hingga internet. Dengan beragam media tersebut, anak bisa mendapatkan pengetahuan dari sumber selain orang tua mereka.
Derasnya arus informasi dari luar membawa beberapa perubahan pada pola pengasuhan di dalam keluarga, sehingga orang tua dituntut untuk menyeimbangkan perubahan-perubahan tersebut. Pola asuh di jaman dahulu, yang terkenal dengan gaya disiplin dan kaku, tak lagi berlaku di jaman sekarang yang serba cepat dan terbuka. Alih-alih menjadi manusia berkualitas dan bertanggung jawab, anak kita justru berada di bawah ancaman kenakalan remaja atau kurang rasa percaya diri jika diberi pola pengasuhan yang kaku dan keras.
Oleh karena itu, bagaimana menyikapi perubahan jaman, dikaitkan dengan hubungan antara pola asuh di dalam keluarga dengan perkembangan karakter anak akan menjadi fokus pembahasan di dalam artikel ini.
|
Sumber : http://tkalirsyad.blogspot.com/2011/02/seperti-apa-sih-pola-asuh-yang-benar.html |
Pola asuh orang tua
Diana Blumberg Baumrind, seorang pakar psikologi dan perkembangan anak di New York, Amerika Serikat mempelajari hubungan antara pola asuh yang diterapkan orang tua dengan perkembangan karakter anak-anaknya.Penelitian yang dilakukan pada tahun 1971berhasil menyimpulkan empat jenis pola pengasuhan anak di dalam keluarga, antara lain :
(1) Permissive Indulgent Parenting Style
Pola asuh seperti ini dilakukan oleh orang tua yang selalu memenuhi keinginan anak-anaknya, namun tanpa disertai adanya pengendalian.Kehangatan kasih sayang orang tua diberikan kepada anak secara berlebihan, bahkan ketika anak melakukan kesalahan, orang tua tidak memberi teguran.
Anak yang diasuh dengan pola seperti ini akan menjadi pribadi yang manja, mudah menyerah apabila menemui kesulitan, serta mengutamakan kepentingan dirinya sendiri.
Bila dikaitkan dengan perkembangan dunia saat ini, anak yang terbentuk dari pola pengasuhan di atas kemungkinan akan mengalami kesulitan. Misalnya, ketika semua orang berlomba-lomba berjuang mencari pekerjaan yang layak, anak dengan karakter manja dan mudah menyerah akan berada pada posisi paling belakang. Karena ia lebih mementingkan diri sendiri, apa yang ia pikirkan bukanlah bagaimana mengatasi perjuangan hidup, tetapi kenikmatan bagi dirinya semata.
(2) Permissive Uninvolved Parenting Style
Berbeda sedikit dengan pola di atas, pola Permissive Uninvolved tidak disertai dengan kehangatan kasih sayang. Anak diberikan segala hal yang diinginkan, namun tidak disertai kehangatan kasih sayang maupun perhatian dari orang tua. Dalam hal ini orang tua hanya mencukupi kebutuhan anak dari segi materi saja, misal : uang, pakaian, mainan atau gadget yang canggih.
Anak yang dibesarkan dengan pola asuh ini akan tumbuh sebagai anak dengan perasaan minder, tak berharga karena tidak diperhatikan. Tak jarang pula anak dengan pola asuh seperti ini jatuh dalam jebakan kenakalan remaja dan narkoba.
Orang yang tidak menghargai dirinya sendiri akan menganggap segala aspek di dalam dirinya sebagai sesuatu yang negatif. Maka, dikaitkan dengan perkembangan dunia saat ini, tentu orang dengan karakter seperti ini juga akan tertinggal jauh menghadapi persaingan ketat kehidupan. Rasa tak percaya diri akan mengungkung dirinya dari perjuangan menghadapi kerasnya kehidupan. Ia akan selalu merasa tak mampu dibandingkan orang lain.
(3) Authoritarian Parenting Style
Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang diterapkan orang tua yang senantiasa memaksakan kehendak dan pemikirannya kepada anak-anaknya, tanpa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat. Bila anak-anak melakukan kesalahan, senantiasa diberi hukuman. Kesalahan yang disengaja maupun tak disengaja selalu diganjar dengan hukuman, tanpa ada pembahasan tentang kesalahan yang dilakukan.
Anak yang diasuh dengan pola seperti ini akan menjadi pribadi yang menjalankan segala sesuatu bukan karena keinginannya, tetapi karena takut pada anggapan orang lain, atau takut pada hukuman. Seringkali anak yang dibesarkan dengan pola asuh otoriter menjadi pribadi yang tidak percaya diri dan tidak memiliki konsentrasi yang baik dalam belajar.
Apabila dikaitkan dengan perkembangan jaman, orang yang senantiasa takut pada anggapan orang lain akan selalu berada di bawah bayang-bayang orang lain. Ia tidak bisa menjadi pemimpin, dan selama hidupnya
(4) Authoritative Parenting Style
Pola asuh Authoritative adalah pola asuh yang memberi ruang pada kebebasan berpendapat pada anak. Dibandingkan dengan pola asuh authoritarian yang mengedepankan posisi hirarki antara orang tua dan anak, sebaliknya, pola asuh authoritative mengutamakan posisi yang egaliter antara orang tua dan anak. Anak diberi kesempatan untuk mengekspresikan diri, sekaligus diberi bimbingan tentang nilai dan norma-norma. Hukuman dan hadiah (reward and punishment) berlaku di dalam pola pengasuhan ini, disertai penjelasan berdasarkan apa yang sudah dilakukan oleh anak.
Anak dengan pola asuh seperti ini tumbuh sebagai anak mandiri dan percaya diri. Ia juga memiliki rasa solidaritas yang tinggi terhadap sesamanya.
Bila dikaitkan dengan perkembangan saat ini, anak dengan pola pengasuhan ini mampu bertahan dalam ketatnya persaingan, karena memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Berkat kemandiriannya, ia mampu melesat dalam karir maupun tujuan hidupnya, karena ia tak perlu bergantung pada pertolongan orang lain.
Banyak faktor berperan dalam pembentukan karakter anak. Salah satunya, adalah pola pengasuhan orang tua.Oleh karena itu, ayah dan ibu perlu menentukan pola asuh yang paling baik bagi pembentukan karakter anak, terutama karakter yang tangguh dalam menghadapi tantangan jaman. Pertanyaan bagi para orang tua sekarang, pola asuh manakah yang paling efektif dalam menghasilkan karakter anak yang mampu menghadapi perkembangan jaman?
|
Sumber : http://www.balitasehat.net/artikel/Psikologi/Balita/10.pola.asuh.untuk.anak.cerdas/001/007/1080/1 |
Pola asuh dan karakter yang tangguh menghadapi tantangan jaman
Mari kita tengok sebentar karakter apa saja yang dimiliki para tokoh yang sukses di jaman sekarang. Sebutlah alm. Steve Jobs dengan produk Apple-nya,atau Michael Jordan, sang pemain basket nomor satu di Amerika. Tak ketinggalan pula J.K. Rowling, penulis buku Harry Potter yang terkenal. Dapat dikatakan, mereka adalah orang-orang yang sukses mengatasi tantangan serta melaluinya dengan baik.
Kunci utama kesuksesan orang-orang tersebut salah satunya terletak pada rasa percaya diri serta upaya yang gigih untuk mencapai tujuannya. Contohnya, Michael Jordan, sempat tak dipilih bermain oleh timnya dalam pertandingan bergengsi di negerinya. Namun, berkat kegigihan dan upaya tanpa kenal lelah, ia berhasil membuktikan pada sang pelatih bahwa ia dapat diandalkan. Begitu pula Steve Jobs, berkat keyakinan dan kreativitas yang tinggi, ia membawa komputer Apple yang awalnya hampir bangkrut, ke posisi atas penjualan komputer dunia.
Percaya diri, mandiri, tak kenal menyerah adalah karakter-karakter yang diperlukan seseorang untuk menghadapi kerasnya tantangan kehidupan kapanpun dan dimanapun. Semua itu tidak muncul begitu saja dalam diri seseorang, melainkan sebuah pembiasaan semenjak kecil. Lagi-lagi, pola asuh yang tepat turut ambil bagian dalam pembiasaan dan penanaman karakter sejak dini.
Penutup
Berbagai pola asuh serta karakter yang mungkin terbentuk dari pola asuh tertentu telah dijabarkan. Jenis karakter yang kiranya mampu menghadapi tantangan jaman telah diulas. Maka kini, saatnya bagi para orang tua untuk menentukan, pola asuh mana yang kiranya dapat menghasilkan karakter anak yang mampu menghadapi tantangan jaman.
Kunci keberhasilan pengasuhan juga terletak pada konsistensi ayah dan ibu di rumah dalam menjalankan pola pengasuhan yang telah disepakati. Sebaiknya jangan berganti-ganti pola pengasuhan, karena hal ini akan menyebabkan kebingungan pada anak. Contohnya, di hari tertentu, ayah dan ibu memberi kesempatan pada anak untuk mengungkapkan pendapat atas sesuatu hal, namun di hari lain, ayah dan ibu tidak memberikan kesempatan tersebut. Tentu hal ini akan menyebabkan rasa bingung, sedih, dan merasa tak dihargai pada anak.
Akhir kata, pilihan untuk menggunakan pola pengasuhan manapun terletak di tangan ayah dan ibu sendiri. Para orang tua tentu bisa memilih berbagai macam jenis pola pengasuhan untuk anak. Hendaknya, pilihan pola asuh tersebut sebaiknya disesuaikan berdasar karakter dasar dari anak. Apapun pilihan pola asuhnya, kita juga harus ingat, bahwa ini semua dilakukan demi masa depan sang anak. Karena anak semata-mata adalah titipan Tuhan dan kita tak mungkin selalu ada dan melindungi anak-anak kita di masa yang akan datang.
(Navita Kristi Astuti)