[TIPS] RUMAH DARI BAHAN BEKAS

Oleh: Any Sulistyowati[1]

Masalah terbesar untuk memperoleh rumah adalah biaya yang besar. Salah satu strategi untuk mengurangi biaya pembuatan rumah adalah dengan menggunakan material bekas. Dengan penggunaan material bekas, biaya pembelian bahan bangunan dapat ditekan. Meskipun ada banyak keterbatasan yang akan kita hadapi ketika menggunakan material bekas, kita tetap dapat membangun rumah yang berkualitas. Untuk memastikannya, kita perlu memperhatikan hal-hal berikut.
Salah satu keterbatasan ketika menggunakan material bekas adalah ukuran. Hal ini misalnya terjadi untuk kusen bekas, pintu, jendela bekas. Jika ingin murah, kita perlu memanfaatkan yang ada sebanyak mungkin dalam bentuk aslinya. Kalaupun terpaksa dibongkar dan dibuat ulang, maka akan ada sejumlah biaya yang dibutuhkan untuk membongkar dan mengolah ulang material tersebut menjadi bentuk dan ukuran sesuai keinginan kita.

Sebelum finishing
Setelah finishing
Gambar: Panel pintu Rumah KAIL ini terbuat dari kayu rasamala bekas bongkaran rumah dan panel kayu pinus bekas peti kemas. Demikian pula dengan tiang-tiang dan kusen pintunya menggunakan kayu rasamala bekas. Kaca dan keramik lantainya pun menggunakan material bekas. 
Keterbatasan lain yang perlu diperhatikan ketika menggunakan material bekas adalah keseragaman. Kadang-kadang cukup sulit untuk mendapatkan sejumlah material dalam bentuk dan ukuran yang sama. Untuk itu, kita perlu pandai-pandai memilih dan memadupadankan apa yang ada. Sebagai contoh, lantai keramik. Untuk keramik putih polos, mungkin stoknya agak banyak, tetapi untuk keramik bercorak, belum tentu tersedia sejumlah yang dibutuhkan. Jika barang yang kita cari tidak tersedia dalam jumlah yang cukup, alternatifnya adalah membuat kombinasi dari apa yang ada. Jika cukup kreatif maka desain komposisi yang baru bisa jadi malah lebih bagus dari jika menggunakan jenis dan warna keramik yang seragam saja.

Gambar: Perlu kreativitas untuk memanfaatkan sisa keramik dengan corak dan warna berbeda sehingga menjadi pola yang unik.

Lokasi pengambilan foto: Rumah Pribadi, Bandung

Persoalan ukuran ini juga menjadi masalah pada bahan bangunan yang membutuhkan ukuran seragam. Meskipun jenis barangnya sama atau bahkan berasal dari pabrik yang sama, kadang-kadang material bekas yang kita beli berbeda ukurannya. Perbedaan ini seringkali kecil, tetapi apabila tidak diperhatikan akan mempengaruhi kualitas rumah kita.
Genteng adalah salah satu contohnya. Jika kita menggunakan genteng sebaiknya digunakan genteng dengan ukuran seragam. Ukuran genteng yang tidak seragam akan menyebabkan kuncian genteng di reng menjadi kurang rapat dan potensial menimbulkan kebocoran di musim penghujan. Jika terpaksa digunakan genteng dengan ukuran beragam, kelompokkan genteng yang ukuran dan bentuknya sama untuk digunakan di bagian tertentu rumah. Sementara ukuran genteng yang lain dapat digunakan di sisi rumah yang lain. Hal ini akan meminimalisir kebocoran akibat pemasangan genteng yang kurang sempurna karena ukuran yang berbeda-beda.



Gambar: Pemasangan genteng yang rapi dan seragam akan mengurangi kemungkinan tampyas dan bocor.

Lokasi  pengambilan foto: Rumah Kail (kiri) dan Rumah Pribadi (kanan), Bandung


Keterbatasan lain yang perlu diperhatikan ketika menggunakan material bekas adalah kebersihan atau bahkan cacat pada material. Sebagai contoh adalah geropel pada keramik bekas, adanya paku atau lubang bekas paku pada kayu, atau adanya sisa adukan semen yang masih menempel di keramik bekas.

Untuk mengatasi hal ini, ada teknik-teknik tertentu yang dapat diterapkan tergantung jenis materialnya. Sebagai contoh, paku yang menempel di kayu dapat dicabut, kemudian lubang bekas pakunya dapat diatasi dengan memberi dempul. Untuk menghaluskan dapat digunakan amplas. Geropel pada keramik biasanya terjadi pada tepiannya. Hal ini dapat diatasi dengan memperbesar ukuran nat, sehingga bekas geropel tidak terlalu terlihat. Sisa adukan semen dapat dibersihkan dengan menggunakan cetok atau sekap, kemudian dibersihkan dengan air dan lap. Jika adukan masih sulit dihilangkan, maka dapat dilakukan mengamplasan sebelum dilap. Untuk kayu bekas, kadang kadang warnanya menjadi hitam karena tertutup jamur. Jika hal ini terjadi, maka kayu dapat disikat dengan menggunakan sikat kawat untuk menghilangkan jamur dan lumut yang menempel, kemudian dilakukan pengecatan atau pemelituran ulang sesuai dengan kebutuhan.
Kayu bekas sebelum diolah
Kayu bekas yang sudah diolah

Gambar: Panel dinding bekas – sebelum dan setelah dibersihkan jamurnya kemudian dicoating ulang

Lokasi pengambilan foto: Rumah KAIL, Bandung

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penggunaan material bekas adalah kekuatan. Adakalanya kekuatan bahan menjadi menurun setelah dipakai. Untuk itu kita perlu pandai-pandai memilih agar diperoleh material yang masih kuat. Sebagai contoh adalah besi. Perhatikan besi bekas yang dibeli, apakah masih utuh? Adakah bagian yang sudah berkarat? Hal yang sama berlaku untuk kayu. Perhatikan apakah ada kelapukan atau bubuk yang membuat kayu menjadi hancur? Seringkali material bekas dengan merek tertentu lebih awet daripada material baru merek yang lain. Untuk itulah kita perlu pandai-pandai memilih, material mana yang cocok untuk kebutuhan dan kantong kita.

Aspek lain yang perlu diperhatikan adalah kelengkapan onderdil. Hal ini berlaku antara lain untuk kloset bekas serta kran air. Perhatikan apakah bautnya masih lengkap. Jika sudah berkurang, periksalah apakah tersedia alternatif pengganti onderdil yang hilang tersebut? Kadang-kadang ketidaklengkapan satu komponen kecil dapat mempengaruhi efektivitas pemakaian. Misalnya penggunaan keran bekas yang bautnya kendor sehingga menyebabkan kebocoran kecil mungkin tampaknya sepele. Tetapi apabila tidak diperbaiki, air yang menetes bocor sebetulnya akan menjadi banyak apabila dikumpulkan atau ditampung dalam waktu yang cukup lama. Ini berdampak pada pemborosan sumberdaya dan biaya tentunya.

Adakalanya kita menggunakan bahan bekas yang bukan bahan bangunan untuk dijadikan bahan bangunan. Sebagai contoh, saya menggunakan panel dinding yang diolah dari kotak kayu peti kemas. Agar dapat menjadi panel dinding yang cantik, kayu peti kemas tersebut perlu diserut halus, disusun dengan rapi dan diberi pelitur transparan agar serat kayunya kelihatan. Harga kotak peti kemas tersebut sangat murah, apalagi apabila membelinya dalam jumlah banyak. Hanya saja diperlukan biaya tukang untuk menyerut dan mengolah kayu-kayu tersebut menjadi bahan bangunan yang siap pakai.
Gambar: Panel dinding dari kayu petikemas

Lokasi pengambilan foto: Rumah Pribadi, Bandung

Lepas dari segala keterbatasan di atas, berikut ini adalah beberapa keuntungan dalam menggunakan material bekas. Salah satu keunggulan menggunakan material bekas adalah harga yang lebih murah daripada material baru. Dengan harga yang lebih murah, kita dapat memperoleh material berkualitas sesuai kebutuhan pembangunan rumah kita.  Meskipun demikian, kita perlu berhati-hati. Tidak semua material bekas harganya lebih murah dari material baru. Dalam kasus barang-barang kuno langka, seperti tegel bercorak, harganya bisa jadi jauh lebih mahal daripada harga keramik corak yang baru. Untuk itu kita perlu pintar-pintar menyesuaikan kebutuhan material dengan ketersediaan dana yang ada.
Keuntungan kedua adalah memacu kreativitas dalam merancang rumah kita. Dengan keterbatasan material yang tersedia, kita bisa mengeksplotasi kombinasi-kombinasi yang cantik dan sesuai dengan selera kita. Rumah kita menjadi unik dan berbeda dengan rumah orang lain. Lewat merancang rumah, kita bisa mengekspresikan diri kita dan mencari pola-pola rancangan yang sesuai dengan kebutuhan kita.

Manfaat lain dari penggunaan material bekas adalah kita memperpanjang umur pakai material. Kita akan membantu mengurangi limbah yang mencemari bumi dan mengurangi pemakaian material baru. Setiap penggunaan material baru tentu ada sejumlah sumberdaya dan energi yang diambil dari alam. Dengan menggunakan material bekas kita membantu mengurangi beban bumi untuk menghasilkan barang-barang kita. Kitapun dapat memperpanjang umur pakai material yang lama dan mengurangi sampah. Semoga dengan semakin banyak material bekas yang dapat dimanfaatkan, bumi kita makin terjaga.
***




[1]Any Sulistyowati adalah Koordinator KAIL, sebuah LSM yang memiliki misi untuk mendukung tumbuhnya agen-agen perubahan sosial di masyarakat yang berkedudukan di Bandung. Ia merupakan Fellow LEAD (Leadership for Environment and Development), Donella Meadows Institute dan Sustainability Leaders Network.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...