Oleh: Navita K. Astuti
Diskusi Keluarga |
Sebagaimana layaknya sebuah pesawat yang hendak lepas landas, dalam sebuah pernikahan diperlukan arah yang hendak dituju bersama oleh pasangan suami istri. Mau ke mana arah keluarga kami? Akan menjadi seperti apa keluarga yang akan kami bentuk? Begitulah kira-kira pertanyaan yang perlu dijawab sebelum pasangan suami istri membentuk keluarga.
Keluarga dan Tantangan Jaman
Akhir-akhir ini, begitu sering kita menemui keluarga yang retak oleh beberapa sebab. Pertengkaran yang berlarut-larut, sulitnya menemukan kata rujuk, ketidakcocokan di antara suami dan istri. Saling tidak memahami keinginan satu sama lain. Merasa paling benar sendiri. Semua itu berujung pada perpisahan dan perceraian.
Tuntutan hidup tinggi membuat setiap anggota keluarga mengejar materi. Anak-anak lebih sering diasuh oleh asisten rumah tangga, karena orang tua sibuk memenuhi kebutuhan materiil. Kedua orang tua jarang berkumpul bersama dengan anak-anak mereka . Tujuan awal pembentukan keluarga menjadi terlupakan karena kesibukan masing-masing anggotanya.
Perkembangan teknologi menyebabkan kurangnya sentuhan fisik yang sesungguhnya dibutuhkan oleh seorang anak atau anggota keluarga. Teknologi internet, komputer mungil dan ringan yang mudah dibawa ke mana-mana, hingga tablet yang hanya segenggaman tangan, membuat orang-orang terlena dengan hiburan maupun aplikasi online yang disajikan. Dengan fasilitas tersebut, orang-orang mengabaikan pentingnya kebersamaan secara fisik. Dengan kecanggihan teknologi seperti itu, orang juga dapat semakin larut pada pekerjaan. Mereka lupa pada orang-orang di sekitarnya. Esensi penting dalam keluarga untuk saling mengisi, mendukung dan membicarakan visi bersama menjadi terkesampingkan.
Ketika visi dan tujuan bersama yang menjadi pengikat kebersamaan dalam keluarga pudar, maka lahirlah ketidakcocokan, pertentangan, perselisihan antar anggota keluarga. Ada beberapa keluarga berujung pada perpisahan. Namun, keluarga lainnya ada pula yang mampu bertahan, memperbaiki diri, membina visi mereka kembali.
Membaca Bersama Keluarga |
Sebuah Visi yang Transformatif bagi Keluarga dan Masyarakat
Visi bersama merupakan syarat penting keutuhan rumah tangga. Tak hanya itu, ketika sebuah visi bersama dalam sebuah keluarga dapat dipelihara dan dikomunikasikan di antara setiap anggotanya, maka keluarga tersebut dapat memaknai maksud dan tujuan kebersamaan mereka dan dengan demikian, membuat hidup setiapanggota keluarga menjadi lebih berarti.
Sebagai bagian dari masyarakat, sebuah keluarga yang mampu menempatkan visi bersama mereka bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat di sekitar mereka adalah keluarga yang memiliki visi transformatif.
Visi bersama yang transformatif memampukan sebuah keluarga melihat posisi mereka di tengah masyarakat. Visi tersebut membuat keluarga mampu mendorong setiap anggotanya untuk turut mengambil peran di dalam masyarakat secara nyata sesuai bakat dan panggilan hidup mereka masing-masing.
Sepasang suami istri, Febry dan Nat, keduanya mantan aktivis GMKI, menghidupi visi keluarga mereka : mengembangkan karunia dan bakat anugerah Sang Pencipta untuk memuliakan Sang Pencipta dengan melayani sesama manusia, tanpa membedakan latar belakang suku, agama, maupun ras.
Dalam keseharian, dan dalam perbedaan karakter antara Febry yang cenderung cepat dalam mengambil keputusan dan Nat yang penuh pertimbangan dan sangat hati-hati dalam memutuskan, mereka menjalani visi bersama tersebut.
Visi tersebut mereka tanamkan pula pada buah hati mereka, Putra. Kepedulian Febry dan Nat terhadap masyarakat tercermin pada cara mereka mendidik Putra. Febry sebagai ayah berperan menumbuhkan karakter kepemimpinan pada diri Putra, sedangkan Nat sebagai ibu mendidik Putra dengan kelemahlembutan dan kepedulian kepada sesama dan lingkungan hidup. Visi yang mereka hidupi sederhana, namun transformatif sifatnya. Visi tersebut mampu keluar dari ruang kenyamanan pribadi dan mau peduli pada masyarakat maupun lingkungan hidup di sekitarnya.
Sepasang suami istri lainnya, Dien Fakhri Iqbal dan Permata Andhika adalah contoh keluarga yang memiliki visi transformatif. Mereka dipertemukan dalam visi keberpihakan bagi masyarakat korban bencana serta memiliki minat yang sama tentang terapi trauma dengan body movement. Atas dasar kesamaan visi tersebut, mereka bersepakat untuk menjalani hidup sebagai sebuah keluarga. Setelah keluarga mereka terbentuk, keberpihakan mereka bagi masyarakat korban bencana tetap terpelihara. Iqbal dan Mata (panggilan akrab mereka) saling dukung dalam aktualisasi diri masing-masing.
Tidak banyak keluarga memiliki visi transformatif seperti yang dipegang oleh keluarga Febry-Nat maupun Iqbal-Mata. Beberapa keluarga lain, mungkin terdiri dari pasangan yang visinya bertolak belakang sebelum akhirnya mereka dipersatukan di dalam mahligai perkawinan. Apakah yang terjadi pada visi mereka sebelumnya? Bisa jadi visi pribadi berubah seiring perkembangan yang dialami dalam keluarga mereka. Namun, sejauh itu disepakati, dinikmati dan mendukung aktualisasi diri setiap anggota keluarga, tetaplah merupakan visi bersama yang menguatkan sebuah keluarga.
Tantangan dan Solusi
Visi transformatif lahir dari proses keberpihakan dan keprihatinan keluarga akan masyarakat di sekitar mereka. Visi seperti ini tak jarang mendapat tantangan dari berbagai pihak, terutama di jaman yang semakin menjunjung individualisme seperti saat ini. Visi transformatif cenderung mendapat cemoohan, ejekan dan pertentangan. Tak jarang pula muncul sikap skeptis akan upaya yang diperjuangkan dalam visi transformatif tersebut.
Hal ini dialami oleh pasangan Iqbal dan Mata, yang mendapat ujian justru dari keluarga besar mereka berdua. Namun, karena visi tersebut lahir dari suara hati mereka yang terdalam, semua tantangan itu mereka hadapi dengan kepala dingin. Iqbal dan Mata berupaya menunjukkan kepada keluarga besar bahwa mereka konsisten pada perjuangan yang mereka lakukan.Perlahan namun pasti, keluarga besar menerima apa yang mereka perjuangkan.
Tantangan lainnya dapat muncul dari anggota keluarga inti itu sendiri, seperti yang dialami oleh Febry dan Nat. Banyak faktor yang menjadi penyebab, antara lain latar belakang keluarga, perbedaan sifat hingga ego pribadi yang cukup kuat terbentuk sejak kecil. Juga, karena sudah membuka diri terhadap masyarakat sekitar, keluarga Nat dan Febry dituntut pula untuk banyak mendengar dan memahami permasalahan orang lain maupun masyarakat di sekitar. Dalam hal ini, dibutuhkan kesabaran dan pemahaman yang lebih terhadap orang lain, agar tidak tergesa-gesa menilai situasi maupun mengambil tindakan.
Oleh karena itu, visi transformatif perlu untuk direfleksikan secara bersama-sama. Kualitas komunikasi perlu ditingkatkan untuk merefleksikan capaian apa saja yang sudah dihasilkan oleh keluarga tersebut. Penting pula untuk melakukan apreasiasi satu sama lain atas apa yang sudah dilakukan. Segenap anggota keluarga perlu memiliki rasa syukur atas setiap langkah kecil yang sudah dicapai.
Merupakan tantangan bagi setiap pasangan untuk mewujudkan sebuah keluarga yang dapat saling mengisi satu sama lain. Karena pada dasarnya suami dan istri merupakan sepasang pribadi dengan perbedaan sifat dan karakter serta memiliki ego pribadi. Namun, diperlukan keyakinan kuat bahwa energi positif akan terbentuk dari peleburan kedua sifat dan visi yang berbeda. Ini merupakan modal utama dari sebuah keluarga untuk maju mewujudkan visi transformatif. Pada titik ini, setiap anggota keluarga akan saling mendukung aktualisasi diri setiap anggotanya. Tentunya, aktualisasi diri yang dimaksud adalah aktualisasi yang tak hanya mementingkan diri sendiri. Aktualisasi diri yang dimaksud adalah aktualisasi diri yang berguna bagi masyarakat. Itulah visi transformatif di dalam keluarga.
***
No comments:
Post a Comment