Selamat berjumpa kembali di Pro:aktif Edisi April 2017 ini. Sudah 4 bulan perjalanan waktu kita di tahun 2017, dengan berbagai peristiwa yang terjadi, baik di sekitar kita maupun di dunia. Edisi kali ini, Pro:aktif Online mengangkat tema “Mengenal Diri Bagi Aktivis”.
Proses mengenal diri merupakan proses yang tidak berujung dan terjadi pada siapapun juga, tak pandang usia, jenis kelamin, apalagi pekerjaan dan jalan hidup. Seorang aktivis sekalipun tidak terlepas dari proses mengenal diri, baik yang disadari maupun yang berlalu begitu saja. Terlebih berbagai bidang kerja dan layanan yang diberikan oleh seorang aktivis, memerlukan pengenalan diri yang bisa membuatnya bertahan pada isu yang dikerjakan atau malah menemukan “panggilan hidup” yang selama ini dicari. Proses mengenal diri bukan berarti bahwa sebelumnya kita tidak kenal “siapa diri kita”, melainkan mempertanyakan kembali, sejauh mana kita mengenal dan memahami diri sendiri.
Edisi April 2017 ini mencoba mengupas berbagai sudut pandang yang disajikan oleh para kontributor penulis Pro:aktif Online, yang diawali dengan rubrik PIKIR yang diisi oleh Umbu, yang akan membawa kita pada masa lampau dimana dua orang pangeran beda kebangsaan, yakni Hamlet dan Diponegoro disandingkan. Rangkaian kata yang disusun oleh Umbu mengajak kita untuk menemukan diri di pusat keberadaan, dengan metafora bahwa kitalah sang penyair yang mewujudkan eksistensi kita dengan sajak kehidupan yang menyelami seluruh sisi kehidupan agar indera kita semakin tajam menyerap realitas di sekitar kita.
Rubrik PIKIR yang kedua, ditulis oleh penulis yang sama. Kali ini Umbu mengetengahkan sebuah upaya untuk mengingatkan kita bahwa berpegang pada nilai-nilai perikemanusiaan berarti melepaskan diri dari berbagai label yang melekat. Melalui tokoh Raden Mas Minke, kita diingatkan soal realita kehidupan yang selalu berpotensi melahirkan penindasan karena dinamika kekuasaan antar kelas. Siapapun yang terbangun dan terpanggil untuk membela nilai-nilai perikemanusiaan tersebut, berempati pada kaum tertindas, berjuang karena memang “sudah sepantasnya saya berjuang”. Di sini, Umbu juga mengingatkan kita pada siapa Raden Mas Minke sebagai tokoh sejarah yang dilupakan oleh bangsa Indonesia.
Rubrik OPINI menghadirkan tulisan dari Anastasia Levianti yang dalam setiap baris tulisannya adalah proses refleksi itu sendiri, mencoba menyadarkan kita betapa pentingnya proses tersebut bagi seorang aktivis. Pilihan-pilihan atas isu yang dikerjakan, kepedulian atas isu sosial, maupun sumber stres pada bidang pekerjaan saat ini dapat ditemukan dengan menempatkan diri sebagai sumber masalah yang sekaligus juga sumber solusi. Rutinitas yang dijalani tanpa menyadari tujuan dari aksi yang dilakukan berpotensi menyesatkan seorang aktivis yang kemudian bisa terjebak pada mengutamakan sarana, ketimbang tujuan yang hendak dicapai. Refleksi diri diharapkan menjernihkan kembali, mana yang sesungguhnya sarana dan mana yang menjadi tujuan yang seharusnya dilayani oleh sarana tersebut.
Rubrik MASALAH KITA yang ditulis oleh Siska mengulas konsep diri sebagai pusat refleksi, dimana apa yang ada di dalam pikiran kita kemudian diwujudkan pada aksi-aksi yang dilakukan di dunia nyata. Konsep diri akan membantu kita membentengi diri dari persoalan-persoalan yang tidak perlu karena kita mengenal dan menerima batasan / kelemahan diri pada isu yang dikerjakan atau aksi yang dijalankan. Proses refleksi tidak dimaksudkan untuk meniadakan kelemahan, namun justru memampukan kita untuk memahami bahwa adanya kelemahan tersebut menjadi alarm ketika kita sudah melewati batas dan perlu menarik diri. Di samping itu, penguatan konsep diri tidak selalu tentang refleksi ke diri sendiri namun juga bercermin pada jalan hidup tokoh-tokoh dunia yang telah tertuang pada buku otobiografi.
Rubrik PROFIL kali ini, ada Alvieni Angelica yang mengajak kita berkenalan dengan Capacitar, sebuah organisasi nirlaba yang terbentuk di bumi Amerika Latin oleh seorang biarawati bernama Sr. Mary Hartmann, CSA. Capacitar memiliki tujuan utama memberdayakan manusia dalam aspek self-healing atau daya penyembuhan diri. Capacitar meyakini bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh kehidupan secara holistik. Penyakit-penyakit pada manusia seringkali timbul karena oleh trauma maupun luka batin yang belum tuntas. Metoda penyembuhan yang menyerap dan mengadaptasi berbagai teknik tradisional dikombinasikan dengan ilmu pengetahuan modern kemudian dibagikan kepada siapapun yang membutuhkan, untuk mendorong semakin tersebarnya pengetahuan tersebut.
Rubrik MEDIA, ditulis oleh Any Sulistyowati, memberikan perspektif lain tentang dunia internet yang justru sangat bermanfaat untuk membuat kita semakin kenal siapa kita. Terbukanya informasi dan pengetahuan secara bebas, berdampak pada semakin mudahnya kita mengakses ilmu psikologi populer dan bermanfaat. Berbagai tes pemetaan kepribadian, mulai dari yang sudah cukup dikenal seperti Personality Plus dan MBTI, hingga Eneagram akan membantu kita mengidentifikasi “tipe kepribadian apakah saya?”. Dengan bantuan internet, hasil tesnya bisa langsung dilihat disertai penjelasan yang cukup mudah untuk dipahami.
Rubrik JALAN-JALAN pertama dipandu oleh Debby Josephine yang akan membawa para pembaca pada beberapa tempat asyik di kota Bandung yang kiranya tidak terduga, namun bisa membuat Anda semakin mengenal diri Anda. Menjelajah tempat-tempat tersebut tidak dapat dipisahkan dari aktivitas yang sebaiknya Anda lakukan sembari berada di tempat tersebut.
Rubrik JALAN-JALAN kedua ada Yanti Herawati yang menjadi pemandu Anda menjelajah di suatu wilayah Bumi Parahyangan yang juga tidak terduga. Sebuah areal yang mungkin tidak akrab di telinga Anda, namun penjelajahan yang semakin dalam akan membuat segalanya menjadi tidak asing lagi. Memilih sebuah jalur perjalanan yang tidak biasa, mungkin akan membawa keraguan pada diri Anda, yang kemudian akan terkikis seiring dengan penemuan diri di perbatasan laksana tepi tebing yang siap membuat Anda terjun bebas semakin dalam pada diri sendiri.
Rubrik TIPS menghadirkan Dyah Synta, seorang guru yoga yang membagikan tips melakukan gerakan (asana) yang bisa membawa kita pada relaksasi serta menjadi proses pengenalan diri melalui penghayatan atas bentuk-bentuk asana yang kita lakukan. Yoga sungguh adalah tentang diri sendiri, karena kita tidak melakukannya untuk dilihat dan dinilai oleh orang lain, melainkan sebuah bentuk komunikasi diri kita yang lainnya , seperti pemikiran, perasaan, dan energi.
Rubrik RUMAH KAIL kali ini mengajak para pembaca berkeliling dari perspektif seorang Melly Amalia dalam menjelajah diri melalui salah satu bagian Rumah Kail. Tidak hanya bangunan fisik dari rumah tersebut, namun juga dari kegiatan-kegiatan yang telah menjadi satu bagian dari rumah itu sendiri. Di manakah Anda akan menemukan spot yang nyaman untuk berefleksi di Rumah Kail?
Akhir kata, semoga para pembaca semakin mengenali diri sendiri melalui artikel-artikel yang ada pada edisi “Mengenal Diri Bagi Aktivis”. Kiranya hidup aktivisme kita semakin positif melalui refleksi.
Selamat menemukan diri.