Aktivis dan Perubahan Dunia
Dunia berubah dengan sangat cepat. Di antara
perubahan-perubahan dunia itu, ada perubahan yang kita inginkan dan ada yang
tidak kita inginkan. Sebagai aktivis, kita terlibat untuk membuat
perubahan-perubahan tersebut agar berjalan ke arah yang kita inginkan.
Mempengaruhi sebuah proses perubahan bukan perkara gampang. Ada banyak
persoalan yang harus diselesaikan sebelum perubahan yang diinginkan tersebut
dapat terwujud.
Persoalan-persoalan tersebut ada yang
terletak di luar dan di dalam diri kita. Untuk persoalan-persoalan di luar diri
kita, kita perlu bekerjasama dengan banyak pihak yang terlibat dalam persoalan
tersebut agar masing-masing dapat mengambil peran dan bersinergi dalam membuat
perubahan itu. Untuk persoalan-persoalan di dalam kita diri sendiri, kitalah
yang paling bertanggung jawab untuk menyelesaikannya. Persoalan-persoalan di
dalam diri ini sangat penting untuk diselesaikan. Jika tidak, langkah-langkah
yang kita pilih akan tersendat atau terhambat oleh persoalan-persoalan
tersebut.
Salah satu persoalan yang sering dihadapi
para aktivis adalah pemenuhan kebutuhan hidup. Apabila kebutuhan hidup kita
tidak terpenuhi, maka langkah kita untuk mencapai perubahan akan lebih sulit
atau terhambat.
Pemenuhan Kebutuhan Hidup
Maslow merumuskan kebutuhan
hidup sebagai tingkatan anak tangga, yaitu : (1) kebutuhan
fisiologis, (2) kebutuhan akan rasa aman, (3) kebutuhan akan cinta dan
keterikatan (rasa memiliki-dimiliki), (4) kebutuhan akan penghargaan, dan (5)
kebutuhan akan aktualisasi diri.
Termasuk di dalam kebutuhan fisiologis adalah
berbagai kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, udara dan tempat tinggal. Setelah
kebutuhan dasar terpenuhi, maka secara bertahap pemenuhan-pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan lainnya akan terjadi. Pemenuhan kebutuhan jenis ini sangat
penting untuk keberlanjutan hidup manusia. Misalnya, tanpa pemenuhan kebutuhan
pangan yang cukup, manusia tidak dapat melanjutkan kehidupan. Kekurangan
pemenuhan kebutuhan pangan akan membuat manusia menjadi kurang gizi, sakit dan
akhirnya mati. Berbeda dengan kebutuhan lain yang pemenuhannya tidak terbatas,
pemenuhan kebutuhan fisiologis mememiliki batas. Sebagai contoh, apabila kita
lapar, maka kita memerlukan makanan. Tetapi setelah kita makan, kita tidak lagi
merasa lapar. Kalaupun kita masih ingin makan, yang mendorong bukan lagi
kebutuhan fisiologisnya, tetapi kebutuhan lainnya, misalnya kepuasan makan,
variasi makan atau hal lain yang dapat dipenuhi dari proses makan. Demikian
juga rasa mengantuk. Apabila kita merasa mengantuk, maka tidur akan terasa
nikmat dan ketika kita bangun, kita akan merasa segar. Sebaliknya apabila kita
terlalu banyak tidur, maka ketika bangun malah akan terasa pusing atau tidak
nyaman.
Kebutuhan tingkat yang kedua adalah kebutuhan
akan rasa aman. Rasa aman ini ada yang terkait dengan hal-hal fisik, tetapi ada
juga yang terkait dengan hal-hal yang non fisik. Terkait dengan kebutuhan
fisik, misalnya adalah kita akan lebih sulit untuk merasa aman apabila rumah
yang kita tinggali terkena bencana alam. Atau kita tidak merasa pasti apakah
stok makanan kita cukup untuk hari ini. Meskipun rasa aman berasal dari dalam
diri, faktor luar juga dapat ikut mempengaruhinya. Di negara-negara dengan
tingkat kriminalitas rendah atau kondisi ekonomi, politik dan sosial yang lebih
stabil, perasaan aman warganya secara umum tentu lebih tinggi dari pada
negara-negara dengan tingkat kriminalitas tinggi atau kondisi ekonomi, politik
dan sosial yang tidak stabil.
Piramida kebutuhan pada manusia (sumber: dokumen pribadi) |
Setelah kedua kebutuhan di atas dipenuhi,
kebutuhan selanjutnya adalah kebutuhan akan cinta dan keterikatan (perasaan
memiliki dan dimiliki). Kebutuhan ini dapat diperoleh antara lain dari
keluarga, sahabat dan pasangan.
Ciri-ciri kebutuhan ini terpenuhi adalah perasaan nyaman, diterima dan
dicintai. Kebutuhan ini dapat menjelaskan mengapa di negara-negara dengan
standar kehidupan yang begitu tinggi, masih ada beberapa orang yang bunuh diri.
Padahal di negara-negara tersebut pemenuhan kebutuhan dasar bukan lagi
merupakan persoalan dan konflik antar orang hampir tidak ada. Mereka bunuh diri
karena merasa kesepian, hidup tidak bermakna, tidak dicintai dan mencintai,
merasa merana karena tidak memiliki siapapun di dunia ini.
Kebutuhan akan penghargaan adalah kebutuhan
selanjutnya. Kebutuhan ini terkait dengan konsep diri dan harga diri seseorang.
Harga diri rendah atau inferiority
complex dapat terjadi akibat ketidakseimbangan pemenuhan hirarki kebutuhan.
Orang-orang dengan harga diri rendah sering membutuhkan pengakuan dan
penghormatan dari orang lain. Namun, penghargaan dari luar tersebut tidak akan
dapat membuat seseorang membangun harga diri mereka sampai mereka sendiri dapat
menerima siapa diri mereka apa adanya. Jadi yang terpenting di dalam pemenuhan
kebutuhan akan penghargaan ini adalah bagaimana kita
memberikan penghargaan kepada diri sendiri.
Kebutuhan yang terakhir adalah kebutuhan
untuk aktualisasi diri. Aktualisasi diri mengarah ke pengembangan "ekspresi yang terbaik dari diriku". Bagaimana aku
menemukan diriku yang terbaik. Bagaimana diriku yang terbaik itu bisa muncul
dan memberikan kontribusinya untuk dunia.
Persamaan dari keempat kebutuhan yang pertama
adalah kebutuhan karena kekurangan (deficiency
needs). Semakin tidak terpenuhi, maka kita semakin merasa kekurangan. Jika
sudah terpenuhi, maka motivasi untuk mencari pemenuhannya akan berkurang.
Sebaliknya, kebutuhan yang kelima, merupakan kebutuhan karena pemenuhan (growth need). Artinya semakin
aktualisasi diri kita terpenuhi, kita akan semakin mencarinya.
Pemenuhan
Kebutuhan Hidup, Kemandirian dan Perubahan Dunia
Seseorang disebut semakin mandiri apabila ia
dapat memenuhi sebanyak mungkin kebutuhan hidupnya tanpa tergantung dari orang
lain. Yang dimaksud tidak tergantung di sini tidak berarti mengerjakan semuanya
sendiri, tetapi bisa juga berarti dapat mengakses pemenuhan kebutuhan tersebut
secara langsung ataupun tidak langsung melalui mekanisme pertukaran.
Kemandirian dalam pemenuhan kebutuhan berarti kita sendiri bertanggung jawab
akan pemenuhan kebutuhan tersebut. Bertanggung jawab berarti secara sadar
melakukan proses pemenuhan kebutuhan tersebut. Diharapkan bahwa, semakin
kebutuhan tersebut dapat kita penuhi secara mandiri, maka kesempatan kita
melakukan perubahan-perubahan yang kita inginkan akan semakin besar.
Masalahnya, tidak semua aktivis melakukan
proses pemenuhan kebutuhan dirinya secara sadar. Sebagian besar bahkan tidak
menaruh perhatian pada dirinya secara
memadai. Hidupnya seolah habis untuk perubahan yang diinginkan. Padahal dirinya
merupakan aset utama untuk melakukan perubahan tersebut. Tanpa diberi perhatian
cukup, mustahil diri kita dapat melakukan proses perubahan dalam jangka
panjang.
Ada banyak alasan mengapa para aktivis tidak
dapat memberikan perhatian pada dirinya secara memadai. Alasan utama yang
paling banyak dijumpai adalah keterbatasan waktu. Roda perubahan berjalan
begitu cepat. Ada banyak momentum yang harus dikejar. Kejar sekarang atau
hilang kesempatan. Kondisi ini membuat kita terjebak pada kerja berkepanjangan
tanpa waktu istirahat yang cukup memadai. Istirahat cukup merupakan kebutuhan
fisiologis, yang artinya semakin tidak dipenuhi maka akan terasa semakin
kekurangan. Saya menemukan banyak aktivis makan serampangan, kurang gizi dan
akhirnya mengidap berbagai macam penyakit. Yang lebih sering lagi, banyak
sekali aktivis yang tidak menjadikan olah raga sebagai bagian hidupnya. Padahal
gerak atau olah raga juga merupakan kebutuhan dasar yang membuat kita menjadi
sehat. Apabila kita tidak sehat, maka kemampuan kita untuk mengejar
impian-impian kita akan perubahan dunia pun akan berkurang.
Olahraga untuk kesehatan, mencapai terpenuhinya kebutuhan fisiologis. (sumber: dokumen KAIL) |
Alasan kedua adalah "karena tidak ada orang lain yang dapat mengerjakannya maka sayalah
yang harus mengerjakannya". Kalau pekerjaan tersebut adalah pekerjaan yang saya sukai dan
penting untuk tujuan hidup saya mungkin tidak apa-apa. Tetapi jika pekerjaan
tersebut sebetulnya bukan merupakan pekerjaan yang saya sukai, mungkin akan
jadi masalah. Apalagi kalau pekerjaan itu sebetulnya bukanlah pekerjaan
yang penting untuk tujuan hidup saya. Apalagi kalau saya sebetulnya sudah punya
sekian banyak pekerjaan yang belum saya selesaikan di komitmen sebelumnya. Apalagi
jika kita (terpaksa) mengambil pilihan tersebut hanya karena orang lain tidak
ada yang mengambilnya, maka kita sebetulnya tidak secara mandiri mengambil
pilihan tersebut. Termasuk apabila kita disuruh atau diminta orang lain padahal
kita sebetulnya keberatan atau tidak suka; tetapi tidak kuasa menolak dan
akhirnya mengiyakan. Semua itu adalah bukti-bukti ketidakmandirian kita.
Apalagi setelah itu kita misuh-misuh di belakang atau menyesal atau merasa
terpaksa mengerjakannya. Itu artinya tingkat kemandirian kita lebih rendah
lagi. Apapun alasannya, komitmen semacam itu pastilah akan menghabiskan energi
diri dan (kemungkinan juga) teman kerja kita.
Dalam situasi di atas, kita membuat diri kita
berada dalam situasi di mana pemenuhan kebutuhan dan juga impian akan perubahan
sulit terjadi. Pertama, untuk melakukan setiap pekerjaan dibutuhkan waktu.
Apabila waktu kita habis untuk hal-hal yang tidak kita sukai atau tidak penting
untuk hidup kita, maka waktu kita untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan
terpenting untuk perubahan yang kita inginkan tentu akan berkurang. Ini tentu akan
mengurangi efektivitas kita sebagai aktivis. Selain itu, kita akan kehilangan
kesempatan untuk melakukan hal-hal untuk pemenuhan aktualisasi diri kita.
Kedua, ketika kita (terpaksa) mengambil pekerjaan yang tidak kita sukai, maka
sebetulnya kita membuat diri kita sendiri berada dalam posisi tidak aman.
Melakukan hal yang demikian terhadap diri sendiri, berarti kita tidak cukup
menyayangi, menghargai dan menghormati diri kita sendiri. Jika kita sendiri
tidak melakukannya untuk diri sendiri, bagaimana kita bisa berharap orang lain
dapat melakukannya untuk kita? Jika kita tidak secara jujur menolak
pekerjaan/peran yang tidak kita sukai, bagaimana orang lain tahu? Kalau kita
sendiri mengabaikan kenyataan pada diri kita tersebut, bagaimana kita berharap
orang lain akan mengetahuinya dan mendukung kita?
Berkarya dengan kain perca, salah satu bentuk aktualisasi diri. (sumber: dokumen KAIL) |
Alasan ketiga mengapa kita tidak memenuhi kebutuhan hidup kita
adalah karena kita tidak menyadarinya. Untuk itu, dibutuhkan kesadaran diri.
Ada banyak cara untuk memperluas kesadaran diri. Ada yang mengikuti kegiatan
spiritual dan keagamaan. Ada yang melakukan meditasi secara rutin. Ada yang
melakukan proses konseling. Ada yang
mengikuti kegiatan-kegiatan khusus untuk meningkatkan kesadaran. Ada yang
membaca berbagai buku tentang pengembangan diri. Apapun cara yang dipilih,
pastikan bahwa cara tersebut nyaman untuk Anda.
Kesadaran diri adalah pengetahuan dan
penerimaan akan kondisi kita apa adanya. Tanpa penerimaan, kesadaran diri
bagaikan mesin peneror dari dalam jurang kedalaman diri kita. Tanpa penerimaan,
yang akan terjadi adalah proses penolakan. Kadang-kadang keluar dalam bentuk
menyalahkan pihak lain ataupun keadaan dan bahkan Tuhan. Kita menganggap diri
kita merupakan korban. Korban orang lain dan korban keadaan. Memposisikan diri
seperti itu hanya menunjukkan betapa lemah dan tidak mandirinya kita. Di dalam
situasi semacam itu, sebetulnya penolakan terutama bukan kepada orang lain atau
situasi (bisa jadi keduanya malah tidak terpengaruh oleh pandangan kita),
tetapi penolakan terbesar sebetulnya terjadi pada diri kita sendiri. Hal itu
hanya menunjukkan bahwa kita tidak bisa mengambil tanggung jawab yang memadai
untuk menjalani hidup kita. Dan karenanya kita tidak merasa postif terhadap
diri kita.
Penerimaan membutuhkan keikhlasan. Keikhlasan
artinya, secara sadar bertanggung jawab
mengambil pilihan. Bertanggung jawab dalam mengambil pilihan berarti tidak ada
misuh-misuh atau penyesalan di kemudian hari atau di dalam hati. Keikhlasan
berarti mengambil tanggung jawab dengan bangga dan bahagia. Keikhlasan berarti
kita mengambil keputusan dengan rasa aman. Hal ini akan menunjukkan bahwa kita
menghormati diri sendiri, kapasitas diri sendiri, serta mengekspresikan nilai
nilai yang kita perjuangkan, dan menjadi
bagian dari aktualisasi diri kita. Secara tidak langsung, hal ini akan
memastikan pemenuhan berbagai kebutuhan kita. Dengan terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan tersebut, peluang untuk mencapai impian-impian kita akan
lebih mudah tercapai.
Pilihan sikap dalam bertindak
Melakukan pemenuhan kebutuhan diri sendiri di tengah hiruk
pikuknya perjuangan mungkin terasa egois. Banyak dari kita dididik untuk selalu
mendahulukan orang lain, apalagi mereka yang lebih lemah. Saya percaya nilai tersebut baik, tetapi caranya bukan dengan mengorbankan diri sendiri dan
apalagi sampai akhirnya merasa menjadi korban orang lain atau keadaan. Ingat
prosedur keselamatan penerbangan? Dalam kondisi darurat, kita perlu memasang
masker oksigen untuk diri sendiri dulu, baru menolong anak kita yang masih
kecil, bukan sebaliknya. Kalau kita tidak selamat, kita tidak dapat
menyelamatkan anak kita.
Bumi saat ini dalam kondisi darurat dan tingkat daruratnya makin
bertambah dari waktu ke waktu. Terjadi eskalasi persoalan di berbagai bidang
kehidupan. Dibutuhkan perubahan-perubahan di banyak lini kehidupan. Semua itu
membutuhkan kecerdasan, bukan sekedar melakukan hal yang sama berulang-ulang hingga kelelahan dengan hasil minimal.
Kecerdasan membutuhkan kewarasan. Pengalaman saya, saya akan mampu
berpikir dan bertindak lebih waras, minimal ketika saya sehat dan bahagia,
tidak lapar atau kurang tidur atau vertigo saya kambuh karena kelelahan. Ini artinya, apabila saya mengabaikan pemenuhan kebutuhan
fisiologis saya sendiri berarti saya mengorbankan kewarasan saya dan peluang
saya untuk menyelesaikan berbagai persoalan penting di dunia ini dengan cerdas.
Ini berarti sebuah kehilangan besar di dalam sejarah perkembangan peradaban.
Pada akhirnya, semua itu akan berpulang pada
diri kita, pilihan apa yang kita ambil.
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
ReplyDeleteDalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny