Media adalah tentang banyak hal. Namun ketika berbicara
tentang media, kita tidak bisa menghindari percakapan tentang salah satu fungsi
media sebagai alat penyampai pikiran atau ide. Media bukan hanya melaporkan kejadian
semata yang berisi akidah 5w dan 1h.
Mereka juga menyampaikan ide dan konteks. Ide dan konteks yang coba disampaikan
kadang menyelimuti kejadian yang diberitakan, atau kadang malah secara halus
disembunyikan di dalam berita. Sebuah berita bisa saja menceritakan kejadian
orang meninggal. Namun tentu hal yang ditangkap oleh audiens akan sangat
berbeda antara meninggal karena ditabrak atau meninggal karena terorisme. Akan
ada ide-ide atau pun konteks yang coba dibangun oleh media denga memanfaatkan
kejadian atau peristiwa tertentu.
Karena sifatnya yang seperti itu, media dimanfaatkan oleh
segelintir orang sebagai senjata ampuh untuk menyebarkan ide tertentu yang
menguntungkan mereka. Mereka yang mempunyai media adalah mereka yang mempunyai power. Ini sudah jadi pengetahuan awam.
Namun perlu diketahui bahwa power
disini adalah netral. Media bisa menjadi sangat baik namun juga menjadi sangat
buruk. Beberapa kampanye atau bahkan revolusi bisa dimulai dari media. Di sisi
lain, pengalihan isu, penggiringan opini, sampai hoax juga dihasilkan oleh
media.
Audiens tidak menyadari
operasi seperti itu. Mereka yang mengoperasikan media mengerti bahwa
manusia adalah makhluk emosional. Manusia cenderung terlalu cepat untuk percaya
atau tidak percaya pada hal-hal yang membuat mereka cepat merasa senang atau
sedih. Dengan menembak dahulu emosi seseorang, media membuat orang tersebut
seperti terblok untuk bisa berpikir rasional. Kombinasikan hal ini dengan modal
besar yang bisa membuat bombardir ide terjadi secara masif dan frekuensi
tinggi, maka media menjadi alat berdaya tinggi.
New Media
Bila kita kuliti lagi, proses penyampaian ide dan konteks
dalam media terjadi tidaklah serta merta. Ada proses pengumpulan data,
pengolahan, dan kemudian eksploitasi data dalam bentuk analisa yang nantinya
disajikan ke publik. Mereka memberikan konteks dan ide memanfaatkan kejadian
yang kemudian diolah entah itu secara logis atau seolah-olah logis.
Menurut Zen RS (CEO Narasi) dalam sebuah workshop tentang New Media yang dihelat
secara terbatas, New media, atau media baru bukan hanya tentang perubahan
bentuk media seperti misalnya dari yang awalnya cetak jadi elektronik. Ia lebih
dalam dari itu. New media adalah tentang prilaku baru institusi apapun (tidak
hanya media konvensional yang umumnya dicitrakan sebagai penyampai berita) yang
bisa menggali atau mengumpulkan data/ide/kejadian, mengolahnya, lalu kemudian
mengeksploitasinya dengan cara baru.
Intinya adalah di cara pengumpulan, pengolahan, dan
eksploitasi yang baru. Umumnya, cara baru
yang mereka lakukan adalah dengan berbagai teknik terbaru entah itu artificial intelegence, machine learning,
atau software
dan aplikasi digital lainnya. Alat-alat itu mereka gunakan sehingga
aktivitas-aktivitas di atas bisa mereka kerjakan dengan kecepatan dan dalam skala
yang sulit dibayangkan. Dahulu, media memerlukan banyak wartawan untuk menggali
informasi. Saat ini, mereka hanya butuh satu orang ahli IT dengan kemampuan di
atas rata-rata dan dampak yang dihasilkan bisa berkali lipat dari banyak wartawan
digabung sekalipun. Siapa sangka bahwa tim berisi empat orang bisa mengekstrak,
mengolah, dan mengeksploitasi informasi hingga bisa memenangkan Donald Trump
dalam pemilihan presiden Amerika Serikat?
Artikel The Guardian yang menjelaskan tentang cara kerja Cambridge Analytica memanfaatkan data untuk kepentingan kampanye politik. |
Cara Kerja New Media
Ada banyak hal baru yang dikerjakan new media jika dibandingkan dengan old media. Pertama cara
mendapatkan informasi. New media
mendapatkan informasi dari “pencurian data” melalui berbagai cara. Mereka “membajak” akun kita, mengekstraksi
semua data bahkan data teman kita juga.
Dalam menganalisa data, saat ini sudah ada artificial
intelligence dan machine learning yang membuat data bisa diolah dengan
kecepatan tinggi dan dalam skala yang amat besar. Banyak sekali informasi dan keputusan
yang bisa dihasilkan dari situ.
Ujungnya, eksploitasi data bukan hanya tentang analisis dari
data yang coba ditampilkan atau disajikan ke konsumen. Namun sampai konsumen
itu sendiri dijadikan sasaran kesimpulan analisis. Mereka bisa menarget mana
konsumen yang harus disodorkan dengan artikel yang mana dan mana konsumen yang
harus disodorkan artikel yang lainnya.
Mengakali New Media
Mengapa kita perlu mengakali new media? Memangnya apa yang membuat mereka harus diakali?
Menggunakan new media, kita kan keranjinga sesuatu yang di-setting oleh orang lain, informasi privat menjadi barang yang mudah diketahui, dan yang paling penting adalah proses pengambilan keputusan yang tak lagi didasarkan pemikiran yang mandiri. Tentu kita tidak mau menjadi “korban” dari itu semua.
Menggunakan new media, kita kan keranjinga sesuatu yang di-setting oleh orang lain, informasi privat menjadi barang yang mudah diketahui, dan yang paling penting adalah proses pengambilan keputusan yang tak lagi didasarkan pemikiran yang mandiri. Tentu kita tidak mau menjadi “korban” dari itu semua.
Sebagai contoh, tim yang memenangkan Donald Trump dalam
pemilihan presiden Amerika Serikt sebelumnya juga bekerja mengampanyekan
brexit. Setelah diadakan referendrum Brexit,
pencarian “What is Brexit” dan “What is Eurpean Union” menjadi
top google trend di Inggris Raya. Bisa disimpulkan
bahwa propaganda lebih dulu masuk ke orang-orang Inggris sebelum mereka benar-benar berpikir dan mengambil keputusan
matang tentang Brexit.
Tren pencarian google di Inggris Raya. |
Sebelum masuk ke dalam aksi untuk mengakali new media kita harus paham dulu apa yang
mereka lakukan. Bagaimana mereka bisa mengekstraksi data pribadi kita dan
bagaiamana mereka bisa membombardir kita dengan informasi yang bertujuan khusus
untuk membuat mereka bisa mencapai kepentingan mereka.
Mereka ingin kita mengambil keputusan berdasarkan emosi.
Mereka ingin kita berpikir sesuai koridor yang mereka siapkan melalui bombardir
informasi dalam skala yang masif dan frekuensi tinggi. Hal itu membuat kita
membiarkan emosi mengambil alih kendali pengambilan keputusan dan
mengesampingkan kesadaran. Ketika kesadaran kita sudah hilang, keputusan yang
kita ambil tidaklah merdeka. Keputusan tersebut terikat pada hal-hal remeh dan
tidak utama.
Untuk menjaga
kesadaran pertama-tama kita perlu mandiri dalam berpikir. Kita perlu tahu cara
kerja new media yang membuat kita
tidak mandiri dalam berpikir. Ketidakmandirian kita dalam berpikir bisa
diruntuhkan oleh New Media karena mereka paham diri kita. Melalui data yang
mereka dapatkan entah itu secara legal atau ilegal, mereka jadi tahu tiap-tiap
orang yang mereka target.
Di sini kita harus mengerti bagaimana menjaga privasi kita
sehingga mereka tidak seenaknya bisa mengekstraksi data kita. Lebih dalam, lagi
kita perlu juga pelajari algoritma-algoritma pengambilan data yang mungkin
mereka lakukan. Intinya, kita perlu menjadi lebih pintar dari teknologi yang
dipakai para media baru ini.
Kemudian, yang paling penting, kita perlu benar-benar tidak
membiarkan emosi menjadi kendali diri yang menyetir bagaimana kita mengambil
keputusan. Sesuatu yang membuatmu senang, sedih, atau marah terlalu cepat
justru patut kamu ragukan. Tentu rasa-rasa di atas akan sangat sulit
dikendalikan. Kita tidak bisa memilih emosi apa yang kita rasakan karena emosi
adalah hal yang spontan. Namun kita bisa memilih aksi apa yang mau kita lakukan
dengan emosi tersebut. Dengan kesadaran dan sedikit menahan diri untuk disetir
emosi, kita bisa kembali ke alam rasio sebelum memilih tindakan yang mau kita
ambil.
Terakhir, apalagi bila keputusan yang kita ambil cukup
penting dan akan memengaruhi hidup kita, bolehlah kita menghabiskan sedikit
lebih banyak waktu untuk melakukan check
and recheck. Cari berbagai macam informasi dari sumber kedua, ketiga,
dan seterusnya. Kalau perlu kita coba lihat cara pandang yang bahkan kita tidak sukai sama sekali.
Untuk bisa melengkapi aksi ini, kita juga perlu banyak belajar tentang sesat
pikir (logical fallacy) dan cara pengambilan keputusan secara abduktif, induktif,
atau deduktif. Dengan demikian kita punya kemampuan atau sense yang lebih lengkap untuk menentukan mana yang lebih bisa
dipercaya atau tidak.
Memang tidak mudah. Namun kita bisa mulai melatih diri dari hal yang sederhana. Ketika kita bisa mendapatkan informasi dengan mudah dan ketersediaan informasi yang teramat melimpah seperti saat inilah, kita perlu sangat meningkatkan kemampuan kita agar kita bisa mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan valid, rasional, dan mandiri.
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
ReplyDeleteDalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny