Banyak upaya telah dilakukan untuk menyelesaikan persoalan lingkungan. Seringkali upaya tersebut tidak berhasil dan bahkan menimbulkan permsalahan baru yang lebih kompleks. Di luar efektivitas pelaksanaan aksi/program, fenomena ini juga seringkali terjadi akibat kesalahan cara pandang kita terhadap persoalan tersebut. Akibatnya pemahaman akan permasalahan menjadi tidak tepat dan berujung pada pilihan aksi yang kurang tepat pula. Tulisan ini menceritakan bagaimana kesalahan memilih cara berpikir berpengaruh terhadap kesalahan pilihan aksi strategis. Tulisan ini akan dilanjutkan dengan tulisan mengenai Cara Berpikir Sistem sebagai salah satu pilihan cara untuk menganalisis permasalahan sosial dan lingkungan pada Pro: Aktif edisi 2 yang akan datang.
Karakteristik Permasalahan Sosial dan Lingkungan
Permasalahan sosial dan lingkungan biasanya saling terkait satu sama lain membentuk satu jalinan permasalahan yang komples. Persoalan semacam ini disebut persoalan sistemik.
Permasalahan seperti ini biasanya tidak dapat diselesaikan dengan satu pendekatan saja. Tidak ada penyelesaian tunggal yang berlaku umum di semua tempat dan waktu. Penyelesaian masalah yang sama, bisa jadi membutuhkan pendekatan yang berbeda, tergantung penyebab masalah tersebut dan keterkaitannya dengan permasalahan yang lain di daerah dan waktu tertentu. Di daerah yang sama, suatu hal bisa menjadi masalah di satu saat, tetapi tidak pada saat yang lain. Pada saat yang sama, sebuah hal bisa menjadi masalah di satu daerah tetapi tidak untuk daerah lain.
Permasalahan dalam menganalisis permasalahan sosial dan lingkungan
Masalah yang seringkali terjadi dalam proses menganalisis permasalahan sosial dan lingkungan adalah penyederhanaan permasalahan sistem kompleks menjadi masalah yang sangat sederhana dengan mengabaikan beberapa variabel atau yang disebut sebagai pendekatan reduksionis. Masalahnya variabel-variabel yang diabaikan pada pendekatan ini, seringkali justru paling berpengaruh terhadap perilaku sistem. Selain itu, variabel yang sangat berpengaruh di satu daerah dan kurun waktu tertentu bisa jadi tidak berarti pada tempat dan kurun waktu yang lain.
Masalah kedua adalah anggapan bahwa penyelesaian masalah yang sukses di satu tempat dapat direplikasi di mana saja tanpa melihat keterkaitan masalah tersebut dengan permasalahan lainnya di daerah tersebut. Contoh masalah jenis ini adalah proyek-proyek pembangunan dengan pendekatan top-down yang seragam untuk semua daerah. Proyek-proyek ini seringkali gagal menjawab persoalan-persoalan di tingkat lokal dan bahkan, di banyak kasus, proyek-proyek tersebut justru menimbulkan masalah baru yang lebih kompleks daripada persoalan semula.
Cara Memandang Persoalan: salah pilih, salah aksi!
Kedua masalah di atas terkait dengan cara pandang kita terhadap persoalan. Kita terbiasa menganalisis persoalan dengan memecah-mecah bagiannya dan memeriksa bagian yang secara langsung terkait dengan persoalan yang kita rasakan. Ini tampak jelas di dunia kedokteran. Misalnya bila kita demam, seringkali kita hanya minum obat penurun panas; tanpa melihat apakah ada penyebab lainnya, misalnya demam karena penyakit tipus atau penyakit lainnya. Penyelesaian masalah semacam ini hanya akan menyembuhkan gejalanya, tetapi tidak menyembuhkan penyakit yang sebenarnya.
Cara pandang di atas dikenal sebagai cara pandang mekanistik. Cara pandang ini melihat permasalahan seperti sebuah bangunan. Pondasi bangunan tersebut (fundamental building blocks) dianggap sebagai penyebab segala masalah yang bila diselesaikan akan menyelesaikan keseluruhan permasalahan. Analogi lainnya adalah menggambarkan permasalahan sebagai pohon dan penyebab utamanya disebut sebagai akarnya.
Persoalan sistemik seringkali tidak dapat diselesaikan dengan pendekatan semacam itu. Semua komponen permasalahan saling terkait membentuk suatu hubungan sebab akibat yang kompleks (jaring-jaring permasalahan). Persoalan sistemik membutuhkan pendekatan lintas sektor/bidang untuk melengkapi pemahaman akan permasalahan dan penyelesaian persoalannya.
Kesalahan memilih cara pandang pada akhirnya akan menyebabkan kesalahan pemahaman persoalan. Begitu pentingnya pemahaman persoalan ini sampai-sampai ada pepatah mengatakan bahwa jika kita memahami persoalan dengan benar maka kita telah setengah jalan dalam proses penyelesaiannya. Kesalahan pemahaman persoalan akan berujung pada kesalahan analisis dan pemilihan rekomendasi aksi; yang tentu saja akhirnya tidak akan menyelesaikan permasalahan secara efektif atau bahkan menimbulkan persoalan baru.
Jadi hati-hati dengan cara berpikir anda, jangan sampai salah pilih, salah aksi!
(David Sutasurya - YPBB)