[Jalan-jalan] Oleh-oleh dari Thailand


Pada akhir November hingga Desember 2002 yang lalu dua orang aktivis KaIL, Intan Darmawati dan Patricia Siswandi, mendapat kesempatan untuk berkunjung dan mengamati model-model dan metode-metode pelatihan di beberapa pusat pelatihan di Thailand. Yang terkait dengan isu lingkungan hidup, kami mengunjungi Pusat Pelatihan yang dipimpin oleh Chirapol Sintunawa di Bangkok. Sayang sekali saat itu kami tidak sempat bertemu langsung dengan Mr Chirapol. Namun, dengan didampingi 2 orang rekan Mr Chirapol, KaIL diperbolehkan untuk terlibat dalam keseluruhan proses pelatihan tersebut.

Secara garis besar, ada beberapa persamaan metode pelatihan yang digunakan dalam pelatihan lingkungan hidup ini, dengan metode pelatihan yang selama ini dipergunakan di Indonesia. Sebuah metode pelatihan yang memadukan antara simulasi permainan, diskusi kelompok, dan pemutaran film, untuk memunculkan adanya proses kesadaran sesuai dengan tema terkait.

Namun demikian ada beberapa metode yang baru bagi saya, dan ini merupakan metode yang menurut saya cukuplah efektif untuk menunjang timbulnya proses kesadaran para peserta. Beberapa metode baru yang menarik tersebut antara lain:

1. Metode point.
Di awal proses pelatihan ini, setiap peserta dibagi dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok mendapat point yang sama besar dengan kelompok lain. Kelompok akan memperoleh penambahan point, ketika kelompok mampu menyelesaikan tugas-tugas dalam setiap simulasi dengan baik dan tepat waktu. Sementara itu, kelompok juga akan memperoleh pengurangan point, ketika kelompok tidak mampu menyelesaikan tugas serta tidak memiliki kepekaan akan kondisi lingkungan sekitar.

Kepekaan terhadap kondisi sekitar tersebut, biasanya diuji dengan adanya lampu yang menyala di siang hari bolong, air yang tidak terpakai namun dibiarkan mengucur, dan banyak hal lagi yang berkaitan dengan pemborosan energi.

Setiap kelompok akan saling berkompetisi untuk mengumpulkan point sebanyak-banyaknya, karena tentu saja disediakan hadiah bagi kelompok yang terbaik, yang akan diberikan di penutupan proses pelatihan.

2. Permainan.
Permainan-permainan yang disesuaikan dengan tema, sangat mempercepat proses penyadaran pada peserta. Seperti permainan mendistribusikan air. Dalam permainan ini, peserta dihadapkan pada peta yang terdiri dari 5 daerah besar. Tugas peserta adalah mendistribusikan air dalam galon secara merata di kelima daerah tersebut. Pendistribusian ini menjadi begitu sulit karena peserta diharuskan menggunakan alat yang tersedia.

Itulah sekilas pengalaman yang kami rasakan ketika berkesempatan mengunjungi, mengamati, dan terlibat dalam proses pelatihan lingkungan hidup. Satu hal yang sangat berkesan bagi kami, materi tidak hanya disampaikan dalam proses tatap muka, tapi dalam keseluruhan proses pelatihan selalu diwarnai dengan kaitan pada tema. Penghematan air misalkan, pelatihan ini tidak memberi kesempatan mandi sore hari, namun tengah malam begitu acara selesai. Dasar pemikirannya adalah tengah malam orang sudah tidak beraktivitas lagi. Sehingga mandi malam benar-benar berfungsi untuk kesegaran dan kebersihan seluruh badan.
(Patricia Siswandi)

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...