Salam Transformasi!
Di penghujung tahun ini, Pro:aktif Online kembali hadir di tengah-tengah Anda. Setelah pada dua edisi sebelumnya kita merefleksikan kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan dan papan, kini kami mengajak pembaca sekalian untuk merefleksikan ”sandang" sebagai kebutuhan dasar manusia.
Manusia mengenakan sandang atau pakaian untuk berbagai hal antara lain: melindungi tubuh dari cuaca dingin maupun panas, kesopanan, mendukung tubuh untuk melakukan berbagai aktivitas tertentu (misalnya: perenang, penyelam, koki (chef), tukang las, pegawai pabrik, dan sebagainya) atau sebagai penunjuk identitas budaya atau kelompok tertentu. Namun demikian, dalam proses produksi sandang terdapat beberapa masalah terkait lingkungan maupun manusia yang mendukung pengadaan sandang tersebut.
Maka, dibalut dalam tema “Tantangan Pemenuhan Kebutuhan Sandang di Masa Kini” kami sajikan artikel-artikel yang diharapkan dapat membuka wawasan para pembaca sekalian untuk memahami lika-liku proses penyediaan kebutuhan sandang dikaitkan dengan isu lingkungan yang berkelanjutan maupun kesetaraan bagi manusia yang terlibat di dalam setiap tahap prosesnya. Mari kita simak gambaran artikel edisi kali ini.
Rubrik PIKIR yang dibawakan oleh Umbu Justin menggelitik kita dengan pemikiran tentang sandang sebagai alat pendukung pencitraan manusia, namun di saat yang bersamaan, ia begitu cepat dan mudah dilucuti, sehingga citra manusia seolah-olah cepat pula berganti. Hal yang paling menggelitik dari artikel ini, adalah hubungan antara martabat manusia dengan sandang yang dikenakannya. Apakah martabat manusia dapat berubah-ubah secepat atau semudah bergantinya sandang di tubuh kita?
Rubrik MASALAH KITA dibawakan oleh Any Sulistyowati, yang menuturkan tentang permasalahan seputar produksi hingga konsumsi sandang dikaitkan dengan dampaknya terhadap lingkungan dan peradaban manusia. Ia menghadirkan sejumlah faktor penghambat manusia dalam mengonsumsi sandang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, penulis memberikan saran untuk menyikapi hambatan-hambatan tersebut agar tercapai pemenuhan kebutuhan sandang yang lebih ramah bagi lingkungan maupun masyarakat.
Rubrik OPINI menghadirkan artikel dari Angga Dwiartama yang menelisik rantai produksi sandang di masa kini. Ia mengajak pembaca untuk kilas balik perjalanan industri sandang dunia sejak sebelum revolusi industri hingga diciptakannya mekanisme yang memungkinkan sandang tersaji dengan cepat di hadapan konsumen. Dalam proses penyajian secara cepat itu, Angga memotret berbagai ketimpangan yang rupanya merugikan lingkungan maupun manusia-manusia yang terlibat di dalamnya. Di akhir artikel, Angga menekankan pentingnya peran pada ujung rantai produksi-konsumsi sandang, yaitu konsumen itu sendiri.
Rubrik TIPS menghadirkan artikel yang ditulis oleh Any Sulistyowati. Artikel ini membahas tentang penggunaan popok bayi. Ia menuliskan tentang kelebihan dan kekurangan dua jenis popok, yaitu popok sekali pakai dan popok kain. Titik berat utama dari artikel ini adalah pada langkah-langkah praktis penggunaan popok kain yang diyakini meminimalkan potensi kerusakan lingkungan dibandingkan penggunaan popok sekali pakai.
Rubrik MEDIA dibawakan oleh Jeremia yang menulis ulasannya tentang sebuah film berjudul True Cost. Di dalam film tersebut digambarkan mengenai biaya produksi sandang yang meningkat pesat dalam 15 tahun terakhir, namun produk sandang yang dihasilkan dijual dengan harga murah dan perusahaan pakaian masih mendapatkan untung yang cukup besar. Pembuat film ini, Andrew Morgan dan para pendukungnya, melakukan penelitian dan pendokumentasian tentang biaya-biaya ”lainnya” yang ditekan secara luar biasa demi meraup keuntungan yang demikian besar.
Rubrik JALAN-JALAN dibawakan oleh Yosepin Sri Ningsih. Dari carut marut industri sandang yang membawa kita semua pada keprihatinan isu lingkungan maupun keadilan dan kesetaraan manusia, Yosepin membawa kita pada geliat aktor-aktor yang membawa harapan baru terwujudnya proses produksi ramah lingkungan, serta memberdayakan manusia yang terlibat di dalamnya. Dua aktor yang digambarkan dari artikel ini, yaitu Kana Goods dan Bixa Batik, telah mewakili sekian banyak pelaku produksi sandang yang keluar dari mainstream produksi sandang masa kini.
Kait Nusantara, yang dibawakan oleh Nita Roshita dalam Rubrik PROFIL, juga merupakan aktor pembaharu dalam gerakan produksi sandang ramah lingkungan. Didukung oleh lima perempuan dengan latar belakang pendidikan yang berbeda, Kait Nusantara bergerak memberdayakan masyarakat di pedesaan untuk secara arif menyelamatkan sumber daya alam yang ada di desa, sekaligus manfaatkan sumber daya alam sebagai produk yang bernilai pakai.
Sebagai pendukung gerakan sandang ramah lingkungan dan setara bagi manusia yang terlibat di dalamnya, Kail tentu mempraktekkan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam pengelolaan produk sandang di Rumah Kail. Oleh karena itu, Rubrik RUMAH KAIL yang dibawakan oleh Didit Indriati membagikan pengalaman Kail dalam pemanfaatan produk sandang. Pengalaman ini tertuang dalam kegiatan-kegiatan bersama warga sekitar, aktivis maupun dalam praktek keseharian di Rumah Kail itu sendiri.
Akhir kata, keseluruhan artikel dalam edisi ini diharapkan menginspirasi kita semua,yaitu: (1) dimulai dari penelusuran sejarah produksi sandang dunia, hingga perubahan yang terjadi di masa kini yang telah berperan dalam penurunan kualitas alam dan manusia. (2) berlanjut pada tawaran solusi yang perlu segera dipraktekkan, yaitu penyadaran bagi tiap individu, yang dalam hal ini merupakan konsumen sandang. Sebagai konsumen, kita sadar, bahwa dalam setiap pilihan dan tindakan kita telah turut berkontribusi kepada kualitas alam maupun sesama manusia, dan (3) penyadaran tersebut telah membuahkan beberapa aksi nyata dari beberapa pihak yang mengupayakan produksi sandang ramah lingkungan, kita perlu mendukung dan sebisa mungkin menularkan aksi positif tersebut kepada semakin banyak orang.
Akhir kata, seiring dengan semangat pergantian tahun, mari mulai upayakan agar kita semua semakin mengambil tanggung jawab terhadap pilihan dan tindakan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan sandang untuk mendorong tercapainya kualitas hidup manusia yang lebih baik serta selaras dengan alam.