[RUMAH KAIL] PEMANFAATAN SANDANG DI RUMAH KAIL


Sandang merupakan kebutuhan pokok manusia untuk melindungi tubuh dari cuaca panas atau dingin dan untuk menampilkan diri sebagai mahluk yang berbudaya.

Sandang lebih dari sekedar pakaian; sandang juga menunjukkan semangat, atau paham dari si pemakainya. Sandang pun menjadi cara seseorang atau sekelompok orang menyatakan identitas mereka. Misalnya dokter berpakaian khusus, tentara berseragam khusus, anak sekolah berseragam, ulama memakai jubah atau peci, perempuan muslim memakai jilbab,  tukang masak menggunakan celemek dan tutup rambut, semua memiliki ciri sandang yang khas. Sandang juga berbeda sesuai fungsi seperti untuk olah raga, renang, mendaki gunung, menyelam, balap motor, menjelajah angkasa sebagai astronot, dan semua memiliki standar yang sesuai dengan peruntukannya.

Sandang sebagai identitas diri?

Namun,dalam proses produksinya, sandang berpotensi menurunkan kualitas alam karena penggunaan bahan-bahan kimia yang dapat mencemari tanah dan udara. Ditemukannya bahan-bahan sandang sintetis yang tak dapat diurai di alam,  berpotensi membahayakan alam di masa mendatang, jika pemakaiannya tidak diiringi dengan pemikiran yang arif terkait alam.

Seringkali seseorang membeli produk sandang karena dianggap sedang tren pada jaman tersebut, namun segera dibuang ketika tren tersebut telah lewat. Padahal, untuk menghasilkan satu bahan sandang tersebut sekian banyak bahan yang berpotensi merusak alam telah terbuang, mulai dari proses pembuatan sampai dengan pemasaran. 

Visi Perkumpulan Kail terhadap Sandang

Rumah Kail mengedepankan visi keberlanjutan dalam setiap aspek kehidupan. Selain pangan dan papan, sandang yang berkelanjutan merupakan harapan utama dari Rumah Kail.

Kail membentuk jaringan sosial dengan para sahabat melalui relawan Kail maupun mitra-mitranya dalam mewujudkan visi Kail dalam sandang yang berkelanjutan.

Berdasarkan pengalaman Kail dalam mendorong sandang yang berkelanjutan, maka ide-ide kegiatan berikut ini akan terus dipraktekkan di Rumah Kail:
  • Jika ada pakaian yang bahannya masih bagus tetapi tidak bisa dipakai lagi, bisa didaur ulang untuk dijadikan lap tangan, cempal, keset, dan lain sebagainya
  • Kain sisa proses menjahit yang tak terpakai namun masih bagus bisa diubah dengan sedikit kreativitas menjadi perca hias, kain penutup meja (taplak), gorden, boneka kain, sampul buku, hiasan kaleng ,arpillera, dan sebagainya.
  • Jika ada relawan yang memiliki kecintaan di bidang produksi sandang berkelanjutan maupun pemanfaatan produk sandang ramah lingkungan yang bisa berbagi ilmu atau keterampilan, akan diundang untuk mengenalkan minat mereka, seperti proses membatik, proses menenun, proses kerajinan perca, dan lain-lainnya.

Salah satu upaya mempromosikan sandang berkelanjutan adalah menyelenggarakan bazaar pakaian bekas layak pakai. Upaya ini telah berjalan selama lima tahun, dan selalu dikemas dalam perayaan Hari Ulang Tahun KAIL dan Peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia di bulan Agustus. Melalui para relawan maupun mitra-mitranya, Kail mengumpulkan sebanyak-banyaknya sumbangan pakaian bekas yang masih layak pakai, kemudian dijual secara murah kepada warga sekitar Rumah Kail maupun para relawan yang hadir untuk menyukseskan kegiatan tersebut. Tujuan dari kegiatan ini tentunya adalah untuk meneruskan umur pakai dari sandang.

Suasana persiapan bazaar Rumah Kail

Kegiatan bazaar pakaian bekas layak pakai di Rumah Kail

Selain bazaar murah, Kail menyimpan kain perca yang dapat digunakan untuk menghasilkan produk-produk terkait sandang yang dibutuhkan di Rumah Kail, antara lain untuk dijadikan keset, lap, cempal, taplak maupun hiasan ruangan. 

Kegiatan yang pernah dilaksanakan oleh Kail dalam pemanfaatan sisa-sisa perca antara lain mengadakan kegiatan keterampilan bersama ibu-ibu dari Kampung Cigarugak yaitu membuat taplak, cempal dan keset dari kain perca. Melalui kegiatan ini, warga sekitar mendapatkan keterampilan baru, dan juga mempelajari prinsip sandang berkelanjutan melalui kegiatan daur ulang bahan, yaitu kain perca.

Selain itu, Kail mengadakan kegiatan mengolah perca yang disebut dengan seni arpillera. Seni arpillera ini, selain mengusung prinsip sandang berkelanjutan, juga merupakan media penyembuhan batin dari trauma. Bila ditengok ke belakang, pada awal mulanya, arpillera merupakan bentuk protes para ibu terhadap kediktatoran Jendral Auguste Pinochet dari Chile yang menyebabkan puluhan ribu orang terbunuh atau hilang karena penculikan. Para ibu di Chile berkumpul untuk menyatakan duka dan perlawanan mereka dengan membuat arpillera. Gambar-gambar yang muncul dari arpillera tersebut merupakan perwujudan perlawanan mereka terhadap kediktatoran pemerintah di masa itu.
Contoh karya arpillera di Rumah Kail


Arpillera sebagai penyemarak dinding Rumah Kail

Artikel mengenai seni arpillera ini juga dapat dibaca di link berikut ini (https://proaktif-online.blogspot.com/search?q=arpillera). Selain sebagai bentuk protes damai, seni arpillera merupakan sarana penyaluran perasaan, penenangan batin serta proses pengabadian sebuah peristiwa.

Demikian seluk beluk pemanfaatan sandang berkelanjutan di KAIL. Kami berharap agar manfaat dan inspirasi dari kegiatan yang kami laksanakan dapat juga menginspirasi warga sekitar maupun para agen perubahan di luar sana.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...