[RUMAH KAIL] KERAGAMAN DI KEBUN KAIL

Oleh : Any Sulistyowati

Sejak tahun lalu KAIL telah mengembangkan halamannya menjadi sebuah kebun. Kebun tersebut berisi beraneka ragam tanaman. Ada tanaman sayuran, buah-buahan, umbi-umbian, bunga-bungaan dan berbagai pohon kayu. Kebun tersebut dirancang dengan menggunakan prinsip-prinsip Permakultur.

Beragam tanaman di kebun KAIL. Sumber foto : KAIL


Mengapa Permakultur?

Menurut wikipedia, https://en.wikipedia.org/wiki/Permaculture, permakultur adalah sebuah sistem pertanian yang memanfaatkan pola-pola dan bentuk-bentuk yang ada di alam. Pola-pola dan bentuk-bentuk ini kemudian diadaptasi untuk perancangan berbagai sistem yang dibutuhkan manusia, seperti pertanian, pembuatan bangunan, dan bahkan sistem ekonomi. Hasil akhir yang diharapkan dalam jangka panjang adalah sebuah sistem pertanian yang kompleks dengan produksi pangan dan materi yang tinggi tetapi dengan input yang minimal.

Sistem ini mula-mula dikembangkan oleh David Holmgren dan Bill Molisson sejak tahun 1978. Pada awalnya istilah permakultur mengacu pada permanen agrikultur (pertanian permanen), tetapi kemudian berkembang dan meluas menjadi permanen kultur, yang mencakup pula aspek sosial dan ekonomi.
Dalam permakultur digunakan pendekatan cara berpikir sistem yang menyeluruh (https://permacultureprinciples.com/). Pendekatan ini tidak hanya memperhatikan elemen-elemen, tetapi juga sangat menekankan pada hubungan antar elemen. Dengan pendekatan ini diharapkan akan dihasilkan sinergi, yaitu hasil keseluruhannya lebih besar daripada penjumlahan masing-masing bagian-bagian. 
Sistem permakultur dikembangkan dengan menggunakan tiga prinsip utama, yaitu (1) peduli pada bumi/alam, (2) peduli pada sesama manusia, (3) pembagian keuntungan yang adil. Tiga prinsip utama ini kemudian diturunkan menjadi prinsip-prinsip perancangan permakultur yang lebih praktis, dalam bentuk strategi perancangan dan pengelolaan lahan. Strategi-strategi yang digunakan di dalam permakultur sangat bervariasi sesuai dengan kondisi alam dan budaya masing-masing. (https://permacultureprinciples.com/).

Zonasi di kebun KAIL

Salah satu keunikan permakultur adalah adanya sistem zonasi. Sistem zonasi dibuat untuk memaksimalkan hasil dengan minimum upaya pengelolaan. Zonasi dibuat dengan nomor 0 sampai 5, yang didasarkan pada intensitas pengelolaan dan jaraknya dari rumah sebagai pusat pengelolaan permakultur. Semakin jauh dari rumah, semakin besar nomor zonasinya. 
Rancangan awal pengembangan zonasi di kebun KAIL. Sumber foto : KAIL

Rumah dan kebun KAIL berusaha mengembangkan sistem zonasi tersebut dengan cara sebagai berikut:

Zona 0, yaitu Rumah KAIL

Rumah KAIL dirancang dengan menggunakan sebanyak mungkin prinsip-prinsip selaras alam. Bahan kayu yang merupakan sumberdaya yang dapat diperbarui dipilih sebagai elemen desain utama rumah. Untuk meningkatkan nilai keberlanjutannya dipilih kayu-kayu bekas dari bongkaran rumah-rumah yang tidak terpakai. Untuk meminimalisir dampak pembuatan rumah terhadap alam, sumberdaya yang tidak diperbarui digunakan sesedikit mungkin. Penggunaan semen, pasir, besi dan bahan-bahan tambang lainnya diminimalisir. Penggunaan bahan-bahan tersebut terutama untuk memenuhi fungsi keamanan dari rumah yang sulit digantikan dengan bahan yang lain. Untuk komponen-komponen yang memungkinkan menggunakan bahan bekas, maka penggunaan bahan bekas lebih diutamakan daripada bahan yang baru. Keramik, kaca dan kloset yang ada di Rumah KAIL merupakan bahan-bahan bekas.  Rumah KAIL juga meminimalisir penggunaan energi dengan cara menggunakan banyak bukaan untuk mengurangi penggunaan listrik untuk penerangan dan AC.

Zona 1, yaitu bagian kebun yang terdekat dengan Rumah KAIL.
Di zona-zona ini ditanam berbagai tanaman yang paling membutuhkan perawatan intensif. Termasuk di dalamnya adalah aneka sayuran dan bumbu yang sering dimanfaatkan sebagai bagian dari konsumsi kegiatan-kegiatan di Rumah KAIL. Dalam bed-bed di zona ini terdapat rumah-rumah cacing untuk mengolah sisa-sisa makanan dari Rumah KAIL. Diharapkan tanah di sekitarnya akan menjadi gembur dan subur secara alami. Di dekat zona ini juga terdapat kolam ikan.

Menara cacing di bed kebun KAIL. Sumber foto : KAIL

Zona 2, yaitu zona yang berisi tanaman-tanaman tahunan yang membutuhkan perawatan yang tidak intensif, seperti berbagai jenis tanaman buah-buahan, sayur dan bumbu yang dipanen musiman. Di zona ini terdapat lubang-lubang kompos untuk memproses daun kering dan ranting-ranting yang gugur.

Zona 3, yaitu zona yang berisi berbagai tanaman yang kurang membutuhkan perawatan. Di zona ini mulai ditempatkan unggas, yaitu bebek yang menghasilkan telur untuk memenuhi sebagian kebutuhan protein di Rumah KAIL.

Zona 4, berisi berbagai  tanaman kayu yang menghasilkan stok kayu bakar dan bahan bangunan.

Zona 5 adalah zona liar yang dalam jangka panjang tidak memerlukan campur tangan manusia. Di Rumah KAIL, zona ini terletak di tebing dekat sungai. Dalam jangka panjang diharapkan zona ini berkembang secara alami dan tidak memerlukan perawatan sama sekali. Saat ini, kami masih melakukan intervensi berupa penanaman kayu dan perdu untuk mencegah longsor.

Di Rumah KAIL, batas-batas antar zona tidak terlalu jelas terlihat. Hal ini disebabkan karena (1) ada jenis tanaman yang cocok ditempatkan di lebih dari satu zona; dan (2) luas lahan Rumah KAIL yang relatif kecil sehingga agak sulit dibuat batas zonasi yang tegas. Kami juga membuat integrasi antar zona dengan membuat jalan setapak yang dapat digunakan untuk jalur lari atau jalan kaki. Ini juga menambah fungsi kebun sebagai tempat rekreasi dan bermain anak-anak, di samping fungsi utamanya sebagai sumber pangan dan materi.

Beragam tanaman di bed kebun KAIL bagian depan. Sumber foto : KAIL

Pengelolaan kebun KAIL

Sebelum melakukan perancangan, kami melakukan beberapa proses lokakarya untuk mendalami metode permakultur. Setelah itu, kami mengambil waktu untuk mengamati pola di alam dan di masyarakat. Dari proses tersebut, kami mencari inspirasi untuk perancangan kebun. 

Pak Enjang, koordinator kebun KAIL panen kacang tanah. Sumber foto : KAIL

Di kebun KAIL, setiap staff dapat mengelola minimal satu bed. Bed adalah unit terkecil satuan ruang yang digunakan untuk bercocok tanam. Bentuk bed bisa bermacam-macam, sesuai ketersediaan lahan dan kreativitas pembuat. Kami dapat memilih lokasi, mengamati karakteristik lokasi tersebut dan memilih tanaman-tanaman yang cocok untuk ditanam di sana. Adakalanya sebuah bed mengalami pembongkaran berkali-kali. Biasanya hal ini terjadi karena kami salah memperkirakan karakteristik bed dengan kebutuhan tanaman. Akibatnya tanaman-tanaman tidak berkembang dengan baik atau mati. Kemudian kami memindahkan tanaman-tanaman tersebut ke bed lain yang lebih cocok serta menanam tanaman-tanaman baru yang lebih cocok ditanam di bed kami. Dari proses ini kami membuat perbaikan rancangan sehingga kualitas masing-masing bed semakin lama semakin baik, semakin permanen dan semakin berkurang kebutuhan perawatannya.

Pembuatan bed. Sumber foto : KAIL

Di Kebun KAIL kami menanam beragam jenis tanaman. Selain untuk mendapatkan beragam hasil panen, hal ini juga kami lakukan untuk mengurangi kerentanan terhadap serangan hama dan penyakit. Kami mengutamakan spesies-spesies lokal yang banyak di temukan di Jawa Barat. Kami memiliki koleksi beraneka tanaman kayu yang berasal dari hutan alam Indonesia, tanaman umbi-umbian, tanaman bumbu dan sayuran yang berguna. Dari jenis-jenis tersebut, ada yang sudah kami ketahui cara pemanfaatannya, ada pula yang masih dalam tahap eksplorasi. Ada pula beberapa spesies asing yang kami tanam tetapi terbatas pada jenis-jenis yang memang kami konsumsi untuk keperluan pangan atau bumbu di Rumah KAIL.

Rumah dan kebun KAIL juga menerapkan sebanyak mungkin siklus materi tertutup. Untuk itu kami menerapkan biodigester untuk toilet, yang hasilnya adalah biogas yang dapat digunakan untuk memasak, serta slurry yang dapat digunakan sebagai pupuk cair. Penggunaan biogas ini juga sejalan dengan semangat untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.

Kegiatan anak-anak di tengah kebun KAIL. Sumber foto : KAIL

Kebun KAIL juga berkontribusi dalam pengelolaan sampah organis di Rumah KAIL. Semua sampah organis dari Rumah KAIL disalurkan ke kebun, antara lain untuk pakan kelinci, marmut, pakan bebek, atau diurai di rumah cacing, bak kompos dan biodigester. Hasilnya adalah sumber nutrisi bagi kebun dalam bentuk pupuk kandang, pupuk cair dan kompos.

Saat ini Kebun KAIL belum dapat menghasilkan 100% bahan pangan yang kami butuhkan. Sebagian besar masih dibeli dari pasar atau tetangga sekitar. Waktu panen pun seringkali tidak sesuai dengan jadwal kegiatan. Kami masih perlu memperbaiki penjadwalan dan mencari cara-cara pengolahan hasil panen sehingga dapat digunakan dalam jangka panjang. 

Lepas dari berbagai persoalan yang ada, kebun KAIL telah memberikan berbagai manfaat bagi kami semua. Selain sebagai sumber pangan yang sehat dan ramah lingkungan, ada pula berbagai manfaat lainnya seperti: kenyamanan dan keindahan, tempat untuk melakukan berbagai kegiatan di luar ruangan, udara yang lebih segar dan bersih, serta kesempatan untuk menyalurkan kegemaran berkebun. Kebun KAIL juga telah menjadi media untuk menjalin silaturahmi dengan tetangga dalam bentuk berbagi hasil panen.

Demikian cerita singkat mengenai kebun KAIL. Jika tertarik untuk mempelajari prinsip permakultur atau bergabung sebagai relawan, silakan berkunjung ke Rumah KAIL.

Menikmati roti bakar di kebun KAIL. Sumber foto : KAIL

***

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...