[Jalan-jalan] BALAI WARGA MARLINA

Kalau anda mendengar kata Balai Warga jangan membayangkan sebuah bangunan yang kokoh, luas dan lengkap fasilitas. Tempatnya sederhana dengan desain rumah panggung dari bambu, ada papan triplek untuk menulis dan papan informasi, duduk lesehan dan angin segar yang dibiarkan masuk. Balai Warga Marlina adalah salah satu balai yang didirikan oleh masyarakat kampung Muara Baru dan Urban Poor Consorsium (UPC-LSM pendampingan rakyat miskin kota), terletak di salah satu pinggiran kota Jakarta, tepatnya di kampong Muara baru, kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara. Untuk menuju kesana sangatlah mudah, dari stasiun Kota bisa naik angkot jurusan Muara Baru atau kalau tidak mau repot bisa langsung naik bajaj. Memasuki jalan Marlina, kita akan melihat sederetan rumah penduduk yang padat dan lalu lalang orang di gang sempit dengan berbagai aktivitasnya. Tanya saja Balai Warga Marlina pasti semua orang tahu dan akan berbaik hati menunjukkan arahnya.

Mengapa ada Balai Warga Marlina? Kampung Marlina adalah salah satu kelompok dampingan masyarakat UPC dan salah satu kegiatan warga yang dilakukan disana adalah Kelompok Belajar Anak (KBA). Awal kegiatan KBA dilaksanakan di salah satu rumah warga dengan jumlah anak sekitar 20 orang. Semakin berkembang informasi dan kebutuhan akan ilmu, akhirnya terdaftar 70 anak yang ingin mengikuti kegiatan KBA. Kondisi ini membuat CL Anak dan UPC mengumpulkan orangtua murid untuk membicarakan masalah kegiatan kelompok belajar ini, mulai dari tempat yang sudah tidak dapat menampung murid lagi, kenyamanan proses belajar mengajar dan fasilitas yang tersedia. Didapat satu kesepakatan bahwa warga dan UPC akan membangun suatu balai sebagai sarana belajar. Tanah milik PT Gajah Tunggal yang diklaim sebagai milik Ibu Yayah menjadi pertimbangan lokasi pembangunan balai. Perhitungan biaya diperkirakan 5 juta, dan dana didapat dari swadaya/urunan orang tua murid dan UPC. Urunan warga per murid 10.000 rupiah dan terkumpul sekitar 400.000 rupiah??? Cek lagi. Selama proses pembangunan ternyata biaya yang dikeluarkan membengkak karena Harga bangunan sudah naik (cat, semen, ll) dan perubahan pemakaian asbes sebagai atap untuk faktor keamanan.
Belum lagi warga harus membayar uang keamanan sebesar 400.00 rupiah ke PT.

Pembangunan balai memakan waktu cukup singkat hanya satu minggu dengan 3 orang pekerja. Nah pada tanggal 26 Maret 2006 hari Minggu sore Balai Warga Marlina diresmikan dengan kondisi apa adanya dan dinding yang belum dicat karena biayanya kurang. Hal ini tidak menyurutkan semangat warga mulai dari anak-anak, remaja dan orangtua untuk ikut andil mempersiapkan acara peresmian. Ada pentas musik, pemutaran film dan permainan. Warga kemudian berinisiatif meminta saweran ke penonton untuk membeli kekurangan cat dan bahan lainnya, akhirnya terkumpul dana sebesar 195.000 rupiah.

Sampai saat ini kelompok belajar yang jumlah muridnya hampir 70 orang dengan 2 CL Anak sebagai pengajar ini sudah berjalan selama hampir satu tahun. Kelas dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelas sore (pukul 17.00 – 18.00 WIB) dan malam (pukul 19.00 – 20.00 WIB). Peralatan seadanya seperti papan tulis difasilitasi oleh UPC, sedang kapur tulis dan buku swadaya orangtua murid. Dari sinilah muncul rasa memiliki dan tanggung jawab orangtua murid/warga terhadap kelompok belajar dan balai. Ternyata kehidupan anak-anak dikampung Marlina sama dengan anak-anak miskin lainnya, yang terbatas dengan akses pendidikan dan masih haus dengan ilmu dan pengetahuan. Dalam kelompok belajar anak-anak juga dibiasakan untuk menabung lewat buku tabungan.

Selain untuk kelompok belajar, Balai Warga Marlina juga digunakan untuk pelayanan kesehatan alternatif dan pengenalan tanaman obat. Bukan hanya itu, balai warga juga dapat digunakan untuk kepentingan warga lainnya seperti pertemuan warga, rapat RT/RW, arisan bahkan sunatan atau acara perkawinan sekalipun. Kalau anda ingin mencoba, bisa menghubungi Ibu Yayah sebagai penanggung jawab disana. Sstt, mungkin ada diantara pembaca yang penasaran kenapa nama kampung itu kampung Marlina ya? Apakah ini dulunya nama seorang wanita kembang desa disana atau….jangan berasumsi macam-macam, ternyata Marlina itu adalah nama salah satu pabrik di daerah Muara Baru. Loohhh! (Mels)

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...