Oleh : Any Sulistyowati
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat manusia mampu mengolah alam dengan semakin baik. Hasilnya adalah peningkatan kualitas hidup yang dapat kita nikmati saat ini. Masalahnya cara manusia mengolah alam seringkali kurang memperhatikan batas daya dukungnya. Penurunan kualitas alam, krisis sumberdaya dan penumpukan limbah terjadi di mana-mana, di seluruh dunia. Situasi ini telah menimbulkan masalah, baik bagi alam dan akhirnya bagi manusia sendiri.
Banyak orang telah menyadari situasi ini dan kemudian melakukan inisiatif-inisiatif untuk pemulihan kualitas alam. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menerapkan dan mempromosikan gaya hidup selaras alam. Tidak sedikit persoalan-persoalan yang dihadapi dalam melaksanakan inisiatif ini.
Salah satu tantangan yang dihadapi untuk hidup selaras alam adalah secara sadar memilih hidup dengan cara yang berbeda dengan cara hidup kebanyakan orang. Salah satunya adalah dalam penggunaan dan pemilihan sumberdaya. Gaya hidup yang dominan berjalan saat ini mendorong kita untuk mengonsumsi lebih banyak barang, mengikuti mode terbaru dan pola hidup instan yang tercermin dalam penggunaan barang-barang sekali pakai. Hal tersebut diperkuat dengan iklan-iklan yang ada di TV, Koran, majalah, papan reklame, dan juga berbagai saluran media sosial. Berhadapan dengan tawaran (seringkali kita rasakan sebagai tuntutan) gaya hidup tersebut, gaya hidup selaras alam seringkali terkesan kurang populer, ga asyik, aneh, pelit, ga up to date dan membosankan.
Menanggapi hal ini, banyak inisiatif mempromosikan gaya hidup selaras alam mulai bermunculan. Mulailah muncul promosi-promosi mengenai pentingnya gaya hidup baru ini. Berbagai produk dimunculkan dengan label ramah lingkungan. Para artis dan tokoh masyarakat pun terlibat untuk memperlihatkan betapa pentingnya produk-produk tersebut di dalam mendukung gaya hidup yang baru dipromosikan ini. Masalahnya, produk-produk ini muncul di tengah gaya hidup di mana semakin banyak mengonsumsi berarti semakin keren. Para pembeli adalah raja. Akibatnya, meskipun produknya sendiri mungkin ramah lingkungan dan selaras alam, tetapi tanpa mengubah pola hidup yang boros penggunaan sumberdaya yang melekat pada masyarakat kita, krisis alam pun masih akan terus berlanjut.
Persoalan lain dengan produk-produk tersebut adalah, dengan label ramah lingkungannya, biasanya harganya lebih mahal dari produk lain sejenis yang tidak berlabel ramah lingkungan. Harga ini tentu saja berpengaruh pada daya beli. Akhirnya yang dapat mengkonsumsi produk-produk tersebut adalah mereka-mereka yang memiliki uang lebih. Padahal mereka yang memiliki uang lebih hanyalah sebagian kecil dari masyarakat. Masyarakat kebanyakan tetap harus menggunakan produk-produk yang merusak alam. Akhirnya, kerusakan alampun masih terus berlanjut.
Apakah benar bahwa gaya hidup ramah lingkungan itu sulit, ga asyik dan mahal pula? Jawabannya tidak selalu. Semua tergantung pilihan. Beberapa organisasi di Bandung, termasuk organisasi saya, Kail, mencoba menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan di dalam kegiatan maupun kehidupan sehari-hari kami. Kami berusaha membuat hidup selaras alam semudah mungkin, semurah mungkin dan seasyik mungkin. Kami berusaha mencapai kualitas hidup setinggi-tingginya, dengan dampak yang seminimal mungkin terhadap alam; dan juga dengan biaya yang sesuai dengan kantong kami, aktivis dengan penghasilan pas-pasan. Bagaimana caranya?
Menanam dan mengolah makanan sendiri
Berkebun sebagai cara pemenuhan pangan mandiri |
Di zaman modern ini, makanan biasanya berasal dari hasil produksi pertanian. Kebanyakan dari produk pertanian itu diolah dengan cara pertanian modern yang menggunakan pestisida dan pupuk kimia. Pola pertanian ini tidak sehat baik bagi alam dan juga bagi manusia. Penggunaan pupuk kimia akan menyebabkan tanah makin tergantung pada pupuk dan mengalami penurunan kesuburan dalam jangka panjang. Penggunaan pestisida yang ditujukan untuk meracuni hama pada akhirnya akan meracuni hasil panen yang kita konsumsi. Salah satu cara mencapai hidup sehat adalah dengan mengonsumsi produk pertanian organis. Sayangnya, harga produk organis biasanya lebih mahal dari produk biasa.
Untuk mengantisipasi hal itu, kita bisa menanam makanan kita sendiri. Dengan menanam sendiri, kita bisa mengontrol bahan-bahan apa saja yang kita gunakan di dalam produksi pangan kita. Menanam bahan makanan tidak terlalu sulit, asalkan kita memilih menanam produk-produk lokal yang mudah tumbuh serta sesuai dengan iklim di tempat kita menanam. Jika kita bisa menanam makanan sendiri, maka kita bisa menyediakan makanan sehat, lokal, organis dari kebun sendiri. Semua itu sama sekali tidak mahal, segar dan sekaligus sehat.
Di Kail, kami memiliki sejumlah kebun yang berisi beraneka tanaman buah dan sayur. Kebun tersebut dikelola dengan cara yang tidak terlalu intensif. Para staf mengurusnya di waktu luang. Selain itu hanya ada satu petugas kebun yang memelihara kebun setiap hari. Sebagian dari makanan yang kami konsumsi selama kegiatan diambil dari kebun tersebut. Makanan yang dihasilkan memang makanan-makanan sederhana, sangat lokal tetapi yang pasti sehat dan segar.
Menanam, memelihara dan memanen makanan sendiri tentu membutuhkan waktu. Tetapi pergi ke pasar, warung, toko dan restoran pun memerlukan waktu. Tinggal kita memilih, waktu yang ada akan digunakan untuk apa? Apakah untuk berjalan-jalan di mall untuk memilih di restoran mana kita akan makan malam ini, atau berjalan-jalan di kebun untuk memilih sayuran mana yang akan kita petik untuk makan malam kita? Untuk yang pertama, kita akan memerlukan sejumlah uang, yang kita dapatkan dari bekerja. Untuk yang kedua, kita dapatkan dari bekerja juga, tetapi di kebun sendiri. Semua itu adalah pilihan.
Memilih barang yang awet dan menggunakan barang selama mungkin
Di Kail, para staf menggunakan sedotan stainless sebagai pengganti sedotan plastik. Kami membawanya kemana pun sehingga kalau kami beli jus atau minuman lainnya, kami tidak perlu menggunakan sedotan plastik. Sedotan stainless tersebut bisa dicuci dan digunakan kembali. Jadi kami dapat mengurangi sampah. Pengurangan sampah sedotan terkesan sedikit, tetapi apabila banyak orang melakukannya maka akan berarti juga pengurangan itu. Harga sedotan ini tidak terlalu mahal. Jika pesan online, harganya sekitar Rp. 6000,- sampai Rp. 10.000,- per batang, tergantung membelinya berapa banyak.
Penggunaan sedotan dari bahan stainless steel untuk mengurangi sampah plastik |
Di Kail kami juga mempromosikan penggunaan barang bekas. Tujuannya adalah untuk memperpanjang umur barang-barang yang kita gunakan. Setiap tahun kami mengumpulkan barang bekas, dan menjualnya untuk warga sekitar. Kadang kami juga ikut membeli, jika masih ada yang tersisa. Hasil penjualannya kami gunakan untuk menjalankan kegiatan-kegiatan untuk warga sekitar.
Rumah Kail pun banyak menggunakan bahan bekas, mulai dari kayu, kaca, genteng, keramik untuk lantai sampai kloset. Penggunaan barang-barang bekas ini lumayan menghemat biaya pembelian material. Tantangannya adalah ketika mencari barang material bekas, kadang kita tidak bisa mendapatkan barang dengan ukuran, warna dan corak yang sama sejumlah yang kita perlukan. Untuk itu kita perlu pandai-pandai memadu-padankan barang-barang yang beragam agar didapatkan kombinasi yang serasi dan enak dipandang.
Kegiatan-kegiatan Kail banyak menggunakan bahan-bahan bekas. Kami mengumpulkan berbagai barang sisa, seperti kain perca, potongan kertas, kayu, daun dan banyak hal lagi untuk suatu saat dijadikan sesuatu yang berguna. Jika ada bahan dan barang yang tersisa, maka kami menyimpannya untuk kemudian hari. Siapa tahu masih bisa dipakai. Tantangannya adalah di sistem penyimpanan. Kadang-kadang kami lupa telah menyimpan sesuatu. Lalu akhirnya kami menggunakan bahan lain, atau bahkan barang baru. Selain itu kami juga membutuhkan ruang untuk menyimpan barang-barang bekas tersebut. Nah, kedua hal tersebut masih dalam proses pemikiran untuk dapat dicarikan penyelesaiannya.
Membeli dalam kemasan besar
Pembelian barang dalam kemasan besar untuk mengurangi sampah |
Kemasan merupakan salah satu sumber sampah. Kemasan digunakan untuk mempermudah penyimpanan, proses transportasi, serta memperindah tampilan benda. Ketika benda tersebut digunakan atau dikonsumsi, kemasan tidak digunakan lagi. Kebanyakan kemasan kemudian menjadi sampah dan dibuang. Ada banyak jenis kemasan. Beberapa di antaranya sulit atau tidak dapat digunakan lagi. Kalaupun bisa, perlu usaha yang sangat keras atau biaya yang lebih mahal dibandingkan hasil yang didapatkan. Contoh-contoh kemasan seperti ini adalah kemasan sachet shampoo dan kantong plastik bumbu dalam mie instan.
Untuk mengurangi kemasan yang kita buang dan meningkatkan penggunaan kembali kemasan tersebut, pilihlah kemasan yang paling besar yang tersedia di pasaran. Jerigen bekas minyak goreng lima liter, lebih bisa kita manfaatkan kembali dibandingkan botol minyak goreng yang satu liter. Selain lebih awet, jerigen lima liter bisa kita manfaatkan untuk berbagai hal ketimbang kemasan yang satu liter yang lebih cepat rusak. Demikian pula ketika kita jual ke tukang loak. Harga jerigen lima liter pastilah lebih mahal daripada botol plastik satu literan.
Hal lain yang dapat digunakan untuk mengurangi kemasan adalah membeli barang tanpa kemasan. Di Kail, kami bekerjasama dengan warung-warung lokal agar ketika kami membeli, kami dapat membawa wadah sendiri. Pada awalnya mereka merasa tidak nyaman melayani pembeli tanpa memberikan kemasan, atau setidaknya kantong keresek. Tetapi setelah kami jelaskan, mereka mulai memahami dan mengikuti pola belanja tanpa kemasan yang kami inginkan.
menggunakan wadah sendiri untuk pembelian makanan mentah dan jadi dapat mengurangi sampah plastik |
Memanfaatkan modal sosial
Kadang-kadang kita tidak memiliki cukup banyak uang untuk membeli produk dalam kemasan besar. Untuk itu, kita perlu mengembangkan cara lain. Salah satu cara yang dapat dipilih adalah dengan membangun modal sosial. Di dalam kasus kemasan, kita dapat tetap membeli kemasan besar, kemudian kita berbagi atau patungan dengan teman-teman yang lain. Masing-masing dari kita kemudian membawa wadah sendiri. Dengan demikian kita akan mengurangi sampah sekaligus membangun persahabatan dengan teman-teman.
Kasus berbagi ini juga dapat diterapkan pada banyak hal lainnya, seperti menumpang di mobil atau motor kawan dan sebaliknya. Kita dapat berbagi biaya bahan bakar. Selain mengurangi biaya yang harus kita tanggung, hal ini juga mengurangi polusi udara dan emisi gas rumah kaca. Untuk itu, di dalam kegiatan-kegiatan Kail kami mendorong para staf dan peserta pelatihan untuk datang bersama untuk menghemat biaya transportasi dan emisi karbon.
Kita juga dapat saling berbagi hasil kebun, hasil masakan, berbagi atau bertukar barang yang tidak kita perlukan lagi dan seribu satu macam berbagi lainnya. Dengan berbagi, kita bisa mengurangi barang-barang yang tidak kita perlukan lagi, meningkatkan nilai manfaat barang tersebut karena digunakan kembali oleh orang yang menerima sekaligus meningkatkan hubungan baik dengan kawan-kawan kita.
Menikmati gaya hidup kita
Hal penting lain dalam mempromosikan gaya hidup selaras alam adalah sikap kita terhadap gaya hidup kita sendiri. Kita perlu menikmati pilihan gaya hidup ini dan secara konsisten menerapkannya. Untuk kami di Kail, merupakan sebuah kebanggaan jika kami dapat hidup selaras alam tetapi dengan biaya yang semurah mungkin serta proses yang semudah mungkin. Jadi kami terus mencari terobosan-terobosan baru untuk meningkatkan kualitas hidup sekaligus meningkatkan kualitas alam dengan biaya sesuai ketersediaan "kantong". Seluruh proses ini kami nikmati dan bagikan kepada mereka yang berkunjung ke Rumah Kail. Jika kita sendiri tidak menikmati gaya hidup ini, bagaimana kita dapat mengajak orang lain bergabung?
Nikmatilah hidup kita sendiri! |
Demikianlah beberapa tantangan dan kiat hidup selaras alam. Di luar hal-hal di atas, tentu masih banyak lagi tantangan dan kiat-kiat lainnya. Apapun tantangan yang kita hadapi, kunci penyelesaiannya adalah sebagai berikut. Pertama-tama, kita perlu memahami prinsip-prinsip keberlanjutan alam. Kedua, kita perlu memiliki kreativitas untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut di dalam kehidupan sehari-hari. Kita perlu jeli melihat apa yang ada di sekitar kita. Semakin lokal semakin baik. Yang terbaik (paling lokal) tentu yang kita hasilkan sendiri di rumah kita sendiri. Untuk itu, yang ketiga, kita perlu belajar, mendidik diri sendiri untuk bisa menghasilkan produk-produk yang kita perlukan untuk kehidupan kita. Orang-orang tua dulu memiliki ketrampilan tersebut. Sayangnya ketrampilan tersebut semakin lama semakin menghilang. Semakin hari, kita semakin tercerabut dari ketrampilan-ketrampilan tersebut. Hidup kita menjadi semakin tergantung pada barang-barang pabrik. Jika krisis datang, kita menjadi tidak berdaya.
Akhir kata, membangun hidup selaras alam pun berarti meningkatkan kemampuan kita memanfaatkan alam sekitar untuk pemenuhan kebutuhan dan peningkatan kualitas hidup kita. Dan lebih baik lagi, kalau kita juga mengajak kawan-kawan kita menjadi lebih berdaya untuk memilih hidup yang lebih berkualitas.
***
No comments:
Post a Comment